NOUMAN Ali Khan menulis artikel berjudul “Saat Nabi Musa Marah” pada 26 Oktober 2017. Nabi Musa melihat kaumnya menyembah patung anak sapi dari emas sepulangnya menghadap Allah ta’ala.
Hal ini membuat beliau marah kepada saudaranya (Nabi Harun) yang diamanahi untuk menjaga kaumnya. “Aku memberikan tanggung jawab kepadamu, apa yang kamu lakukan?”
Kemudian Nabi Musa menarik janggut dan kepalanya, lalu menyeretnya dan berkata, “Yabna-um, anak lelaki ibuku, ayolah!”
Panggilan lembut ini merupakan cara untuk sedikit mendinginkan dan menenangkan Nabi Harun. Namun tentu, Nabi Harun tahu bahwa saudaranya sedang benar-benar kesal.
Dan tepat pada momen saat dia sedang sangat-sangat marah kepadanya. Inilah kalimat selanjutnya
“Qala rabbighfirli wa li akhi.” (QS. Al-A’raf:151)
“Ya Tuhanku, Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku.”
Baca juga: Kisah Nabi Musa Tak Sengaja Membunuh Seseorang
Saat Nabi Musa Marah
Dan saat dia (Musa) mengucapkan kalimat tersebut, Harun dapat mendengarnya. Harun baru saja ditarik, dibentak, dan mendapat banyak masalah.
“Saudaraku membenciku saat ini, ia bahkan tidak mau melihat wajahku.”
Perasaan itulah yang akan kamu rasakan. Namun, seketika itu, dia membuatnya lega dengan mengetahui bahwa saat berdoa untuk memohon ampunan kepada Allah, dia menyertakan saudaranya.
Dia masih marah, sehingga kamu bisa mengatakan bahwa dia memisahkan mereka (Musa dan Harun) dalam doanya.
Kalimat selanjutnya adalah, “Wa adkhilna fi rahmatik.” (QS. Al-A’raf ayat 151).
“Masukkanlah kami berdua ke dalam Rahmat dan Kasih Sayang-Mu.”
Saat dia berkata, “Masukkanlah kami.” Dia tidak mengatakan, “Masukkanlah aku dan saudaraku.” Dia hanya berkata, “Masukkanlah kami.”
Jadi, kamu dapat melihat kemarahan Musa mereda dan kasih sayangnya kepada saudaranya kembali. Saudaranya bisa mendengar itu dalam doanya.
Harun dapat mendengar bahwa Musa saat ini telah memaafkannya dan baik-baik saja dengannya karena dia telah memohonkan kepada Allah untuknya seperti dia meminta untuk dirinya sendiri.[ind]