RIBUAN massa menghadiri aksi solidaritas Palestina yang digelar oleh Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al-Aqsha (KPIPA), Sabtu (12/4). Acara yang dilaksanakan secara daring menampilkan jurnalis Al Jazeera Youmna ElSayyed, Ketua KPIPA Nurjanah Hulwani, dan tokoh IKADI Ibnu Jarir.
Menurut Sekjen KPIPA, Lissa Malike, aksi solidaritas ke-2 ini diselenggarakan oleh 10 ormas pendiri KPIPA, yaitu Wanita Al Irsyad, Muslimat Matlaul Anwar, Muslimat Al-Wasliyah, Muslimat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Wanita PUI, Wanita Perwati, Wanita Islam, IGRA Nasional, Persaudaraan Muslimah (Salimah), dan Adara Relief International, berkolaborasi dengan Forum Muslimah Indonesia (Formasi), Koalisi Daiyah Indonesia, dan 18 komunitas peduli Palestina.
Ketua KPIPA, Nurjanah Hulwani, mengajak semua pihak membantu Palestina dengan apa yang bisa diberikan.
“Yang memiliki kekuasaan, bantu dengan kekuasaannya. Demikian pula yang memiliki harta maupun jaringan, bantu dengan yang dimiliki,” serunya.
Kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel saat ini terburuk dalam 77 tahun terakhir. Sejak 18 Maret hingga 11 April korban mencapai 1.542 syahid dan 3.940 luka. Dan sejak 7 Oktober 2023, korban jiwa mencapai 50.912 syahid dan 115.981 luka.
Derita Perempuan di Gaza
Menurut jurnalis Al Jazeera asal Gaza, Youmna ElSayyed, tentara Israel dengan sengaja menjadikan perempuan dan anak-anak sebagai target penyerangan. Perempuan menjadi target agar tidak bisa melahirkan generasi baru. Anak-anak dijadikan target agar tidak ada generasi penerus akan berjuang membebaskan Palestina.
Ia menyebut, Israel melakukan genosida terhadap anak dan perempuan dengan cara langsung melalui pengeboman dan serangan bersenjata. Sedangkan secara tidak langsung dengan memutus pasokan makanan, minuman, dan obat-obatan, serta akibat sisa-sisa fosfor dari bom dan sisa mesiu yang ditembakkan.
“Larangan masuknya bantuan obat-obatan ke Jalur Gaza menyebabkan banyak ibu yang melahirkan tanpa anestesi sehingga banyak ibu yang meninggal dunia,” ungkap Youmna.
Berbagai penyakit juga diderita oleh perempuan di Gaza. Misalnya, karena tidak ada bahan bakar, mereka menggunakan kayu dan plastik bekas untuk memasak. Akibatnya, banyak yang menderita sakit paru karena menghirup asap kotor.
“Tidak ada perlengkapan untuk perempuan yang datang bulan membuat mereka harus minum pil penunda haid yang menyebabkan peradangan dan infeksi. Sedangkan bayi yang lahir prematur tidak bisa dirawat di inkubator karena Rumah Sakit dihancurkan,” imbuhnya.
Nasib Anak Gaza
Youmna juga mengungkapkan jika
anak-anak Gaza selalu berada dalam ketakutan dan sangat tertekan secara emosional. Sementara, di Gaza tidak ada pengobatan mental maupun dukungan untuk mengatasi kondisi mereka.
“Banyak anak yang menjadi yatim piatu. Sampai hari ini mereka menjalani kehidupan sebatang kara tanpa orangtua dan keluarga. Banyak pula yang mengalami cacat fisik karena serangan Israel,” tuturnya.
Jenis penyiksaan lain yang dilakukan oleh Zionis Israel terhadap anak adalah membuat mereka kelaparan. Bantuan makanan diblokade, kecuali beberapa makanan instan yang tidak bergizi. Untuk mendapatkan bantuan, anak dan perempuan Gaza harus menempuh perjalanan berkilo-kilo meter.
Tentara Israel juga menghancurkan sumber mata air.
“Tempat mengungsi tidak memiliki kamar mandi dan WC, menimbulkan penyakit menular sehingga angka kematian di kalangan anak-anak sangat tinggi. Bahkan kondisi yang mereka alami jauh lebih mengenaskan daripada yang bisa digambarkan,” paparnya.
Karena itu, Youmna mengajak masyarakat dunia untuk memberi tekanan kepada pihak yang berwenang agar menghentikan genosida. Ia menyayangkan dunia yang diam menyaksikan kekejian Zionis Israel sehingga mereka makin menjadi-jadi karena tidak ada hukuman.
“Hentikan genosida, buka gerbang perbatasan, masukkan bantuan, hentikan penyerangan. Inilah yang harus kita suarakan terus menerus. Jangan berhenti menyuarakan Gaza. Banyak yang bisa kita lakukan,” seru Youmna.
Aksi solidaritas ditutup dengan doa yang dipimpin tokoh Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Ibnu Jarir. Kegiatan dilaksanakan secara daring melalui zoom dan disiarkan langsung di kanal youtube KPIPA, Salimah, Adara Relief Internasional, dan Formasi. [Mh/KPIPA]