SEMBILAN bulan setelah kekejaman besar-besaran yang dilakukan oleh Israel di Gaza, korban manusia di daerah kantong yang terkepung itu sangat menghancurkan.
Termasuk di antaranya merampas martabat wanita Palestina.
Perempuan dan anak-anak menanggung beban perang genosida ini. Statistiknya mengejutkan sekaligus tragis.
Dilansir dari middleeasteye, lebih dari 38.000 warga Palestina telah terbunuh, 17.000 di antaranya adalah anak-anak.
Setidaknya 20.000 anak hilang, entah hilang, hilang ditelantarkan, ditahan, atau terkubur di bawah reruntuhan.
Ribuan ibu telah terbunuh, menyebabkan sekitar 19.000 anak menjadi yatim piatu.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mereka yang selamat dari kampanye genosida Israel telah mengungsi, menjadi janda, dan harus berjuang melawan kombinasi mematikan dari kelaparan buatan manusia, dehidrasi kronis, dan penyakit menular.
Di tengah pemboman yang tak henti-hentinya dan krisis kemanusiaan yang sangat besar di Gaza, dampak perang terhadap hak reproduksi akan berlangsung hingga generasi mendatang.
Setiap upaya untuk mencari pertanggungjawaban atas kekejaman Israel harus didasarkan pada pendekatan hak-hak perempuan dan didasarkan pada perspektif gender.
Perempuan dan anak perempuan umumnya menderita secara tidak proporsional dalam situasi konflik, karena tubuh perempuan telah lama menjadi bagian dari medan perang.
Baca juga: Serangan Udara Israel Menewaskan Seorang Wanita Hamil di Gaza, Bayinya Selamat
Israel Terus Lakukan Kekejian, Merampas Martabat Wanita Palestina
Di Gaza, penderitaan yang tak terlukiskan dan dampak yang menghancurkan disaksikan oleh dunia secara langsung.
Sejak 7 Oktober, serangan terhadap hak-hak dan martabat perempuan Palestina telah mencapai dimensi baru dan mengerikan karena ribuan orang telah menjadi korban kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida yang sedang berlangsung.
Kejahatan genosida memiliki perspektif gender. Pria dan anak laki-laki terbunuh, sementara wanita dan anak perempuan menjadi sasaran berbagai pelanggaran dalam jangka waktu yang lebih lama. Meskipun kekejaman di Gaza memengaruhi pria dan wanita, dampaknya bersifat gender dan secara tidak proporsional memengaruhi wanita.
Saat mereka berusaha mengatasi kesedihan dan luka-luka mereka dengan hilangnya anak-anak, suami, orang tua, saudara, rumah, dan mata pencaharian mereka, perempuan dan gadis Palestina telah hidup dalam kengerian yang mendalam dan total.[Sdz]