NAMANYA Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyah. Beliau biasa disebut Ismail Haniyah atau Ismail Haniyeh. Beliau lahir pada 8 Mei 1962 di sebuah kamp pengungsi bernama Al-Shati, wilayah Refah yang kini menjadi bagian negara Mesir.
Ruh atau spirit jihadnya telah tumbuh saat Haniyeh masih bayi. Beliau tumbuh dan besar dalam suasana perjuangan rakyat Gaza melawan penjajahan Israel.
Ayah dari 13 anak ini sejak kecil sudah belajar pergerakan Islam dengan seorang tokoh hebat Palestina, Syaikh Ahmad Yasin. Syaikh Ahmad Yasinlah yang mendirikan Hamas dan menjadikan gerakan Intifadhah sebagai wujud nyata perlawanan Hamas dan rakyat Palestina melawan Israel. Meskipun hanya dengan lemparan batu.
Namun begitu, Syaikh Ahmad Yasin lebih dikenal sebagai sosok ulama di Palestina. Beliau mendidik generasi muda Palestina, khususnya di Gaza, dengan nilai keislaman dan semangat jihad. Salah sau murid kesayangan beliau adalah Ismail Haniyeh.
Setelah lulus dari kuliah jurusan Sastra Arab di Universitas Islam Gaza pada 1987, Haniyeh terus mendampingi perjuangan Syaikh Ahmad Yasin. Dan era perjuangan Hamas pun meningkat dari perlawanan ‘melempar batu’ menjadi gerakan politik.
Pada awal tahun dua ribuan, Hamas mendirikan partai politik yang namanya sama: Partai Hamas. Karena nama ‘Hamas’ sudah menjadi bagian dari nilai perjuangan yang tidak bisa dipisahkan dengan bangkitnya generasi muda di Gaza ini.
Pada tahun 2006, Hamas menang pemilu di wilayah Gaza. Sementara pesaingnya, Fatah menang di wilayah Tepi Barat. Hasil pemilu pun menunjuk Presiden Palestina adalah Mahmud Abbas dari Fatah, dan Perdana Menterinya Ismail Haniyeh dari Hamas.
Namun belakangan, pada tanggal 14 Juni 2007, Mahmud Abbas secara sepihak memecat Ismail Haniyeh dan menggantinya dengan Salam Fayyad yang bukan dari Hamas.
Haniyeh dan Hamas menolak pemecatan sepihak itu. Sejak saat itulah, Hamas dan Fatah pisah jalan. Hamas memimpin wilayah Gaza di selatan dan Fatah di Tepi Barat, bagian utara Palestina. Sepertinya Israel sukses memainkan ‘belah bambu’ antara Hamas dan Fatah.
Pada tahun 2017, Haniyeh menggantikan pemimpin Hamas sebelumnya, Khalid Mish’al, sebagai Kepala Politik Hamas. Haniyeh merupakan pemimpin Hamas yang dikenal lebih moderat karena latar pendidikannya yang sastra dan keislaman.
Selama perjuangan melawan invasi Israel ke Gaza, Haniyeh berada dalam wilayah pengasingan. Keberadaannya lebih banyak di kantor perwakilan Hamas di Qatar. Beliau juga kerap berkeliling untuk menjalin silaturahim dengan dunia Islam, termasuk Iran, Lebanon, Turki, Malaysia, dan Indonesia.
Bahkan dikabarkan bahwa Ismail Haniyeh dan rombongan sudah berencana akan berkunjung ke Jakarta dalam waktu dekat. Namun, takdir berkehendak lain. Allah subhanahu wata’ala mengangkat kemuliannya karena syahid saat gerak perjuangannya malawan penjajahan Israel.
Pada Rabu (31/8) jam 2 dini hari, hotel tempat menginap Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, diroket oleh Israel. Sejumlah kamar hotel tersebut hancur dan menewaskan sejumlah orang di dalamnya. Termasuk di antara mereka adalah Ismail Haniyeh dan beberapa pengawalnya.
Keberadaan Haniyeh di Teheran adalah menghadiri undangan dari pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khameini dan Presiden (baru) Iran, Masoud Fezeshkian. Masoud merupakan pengganti dari presiden Iran sebelumnya, Ibrahim Raisi, yang wafat dalam kecelakaan pesawat yang misterius.
Beberapa hari sebelumnya, Sabtu (27/8), Ismail Haniyeh juga menghadiri undangan Presiden Turki, Recep Tayip Erdogan, di Istanbul.
Kematian bukan sesuatu yang pantas disesalkan untuk seorang mujahid Islam di mana pun. Selain kematiannya yang mulia di sisi Allah, spiritnya akan memberikan nyala baru untuk generasi penerusnya. [Mh]