PRESIDEN Republik Aljazair, Abdelmadjid Tebboune, membuka secara resmi Pameran Perdagangan Intra-Afrika (Intra-African Trade Fair / IATF) ke-4 di Pusat Konferensi Internasional Abdelatif Rahal, Aljir, pada 4 September 2025.
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 40 negara Afrika, termasuk para kepala negara dari Tunisia, Mauritania, Sahara Barat, Chad, dan Mozambik, serta para menteri perdagangan dan industri dari seluruh benua.
Dengan mengusung tema “Gateway to New Opportunities”, IATF 2025 mempertemukan lebih dari 2.000 perusahaan Afrika, termasuk 200 perusahaan Aljazair dan satu perusahaan dari Indonesia, PT Dextone Lemindo.
Sekitar 35.000 pengunjung diperkirakan menghadiri acara yang menjadi ajang strategis penguatan perdagangan intra-Afrika ini.
Presiden Tebboune, dalam pidato pembukaan, menyampaikan visi Afrika sebagai kekuatan masa depan.
Ia menyoroti ketimpangan besar dalam perdagangan global yang dialami benua Afrika, seperti porsi investasi global yang hanya 6%, serta peran minor dalam lembaga internasional seperti IMF (6,5% suara) dan Bank Dunia (11%).
“Afrika hanya menyumbang 3% dari perdagangan global, padahal benua ini memiliki 30% sumber daya alam dunia dan populasi lebih dari 1,5 miliar jiwa,” tegasnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Untuk mengatasi tantangan ini, Aljazair mendorong proyek-proyek integrasi besar seperti jalan raya trans-Sahara, jaringan serat optik lintas benua, pipa gas Nigeria-Aljazair, serta ekspansi jalur kereta ke Mali dan Niger.
Proyek-proyek ini menjadi tulang punggung konektivitas dan perdagangan Afrika ke depan.
Kontrak Strategis dan Ekspansi Dagang
Sejumlah kontrak penting ditandatangani selama pameran. Di antaranya, Holding Baja Nasional (SNS) meneken 8 MoU senilai $950 juta dengan perusahaan Afrika dan internasional.
Holding Algeria Chemical Specialities (ACS) menandatangani 10 kontrak dengan Senegal, Guinea, Tunisia, dan Mauritania, senilai awal $15 juta dan diproyeksikan naik menjadi $40 juta.
Perusahaan GICA meneken kesepakatan dengan perusahaan Mauritania, Cinord, untuk mengekspor 360.000 ton klinker guna memenuhi pasokan pabrik semen di Nouadhibou dan Nouakchott.
Sebuah start-up Aljazair juga menandatangani kontrak $6 juta dengan perusahaan Nigeria untuk ekspor makanan ringan, mencerminkan peran penting start-up dalam ekspansi ekonomi Afrika.
IATF 2025: Aljazair Dorong Integrasi Afrika dan Tandatangani Kesepakatan Dagang Senilai $44 Miliar
Energi Hijau dan Peran Strategis Aljazair
Editorial El Moudjahid menyoroti potensi besar Aljazair dalam hidrogen hijau. Dengan lebih dari 4.000 jam sinar matahari per tahun, Aljazair diposisikan untuk menjadi pemimpin produksi energi bersih.
Targetnya adalah memenuhi 10% kebutuhan energi Eropa pada 2040, dengan potensi pendapatan lebih dari $30 miliar.
Aljazair telah bergabung dengan African Green Hydrogen Alliance dan siap mengembangkan proyek-proyek lintas negara demi memperkuat ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan di Afrika.
Keamanan, Kedaulatan, dan Integrasi Afrika
Majalah militer El Djeïch dalam editorialnya menegaskan peran sentral Aljazair dalam menjaga stabilitas dan keamanan di Afrika.
Komitmen Aljazair terhadap kedaulatan negara, penyelesaian konflik internal tanpa intervensi asing, serta bantuan militer dan kemanusiaan menjadi bagian dari strategi keamanan yang lebih luas.
Sebagai anggota penting dalam Komisi Uni Afrika, Dewan Perdamaian dan Keamanan UA, dan Koordinator AU untuk Terorisme, Aljazair memainkan peran diplomatik dan operasional yang signifikan.
Forum Afrika-AS: Kemitraan Strategis Baru
Baca juga: Pameran Dagang Intra-Afrika ke-4 di Aljazair Catatkan Kesepakatan Lebih dari USD 48,3 Miliar
Di sela-sela IATF, pada 8 September, digelar Forum Strategis Afrika-AS bertema “Transforming Policy Changes into Strategic Opportunities.” Forum ini membahas masa depan hubungan Afrika-AS dalam konteks kebijakan luar negeri baru AS yang lebih transaksional.
Pakar seperti Johanna Le Blanc dan diplomat Hilda Mafouji menegaskan bahwa Afrika harus tampil percaya diri, menyuarakan kepentingannya dengan jelas, dan memanfaatkan persaingan global (antara AS, Tiongkok, dan lain-lain) untuk meraih posisi tawar lebih tinggi.
“Afrika tidak boleh hanya jadi tamu dalam urusan global, tetapi harus duduk sebagai penentu agenda,” ujar Mafouji.
Le Blanc juga menyampaikan bahwa 60.000 pengacara kulit hitam AS kini mendukung implementasi AfCFTA, memberikan dukungan hukum dan diplomatik domestik bagi Afrika.
IATF 2025 menjadi titik balik. Editorial El Moudjahid menyebutnya sebagai tanda lahirnya “Afrika yang bertindak”, bukan lagi penonton.
Dengan komitmen Aljazair sebagai motor penggerak dan jumlah kesepakatan yang ditandatangani, integrasi ekonomi Afrika tampak semakin dekat.
Presiden Tebboune menutup sambutannya dengan ajakan:
“Mari kita jadikan IATF 2025 sebagai awal baru menuju Afrika yang kuat, bersatu, dan makmur.”[Sdz]