ChanelMuslim.com – Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober 2020. Pada tahun ini, terkait dengan pandemi Covid-19, peringatan Hari Santri 2020 secara khusus mengusung tema “Santri Sehat Indonesia Kuat”.
Isu kesehatan diangkat berdasarkan fakta bahwa dunia internasional, tak terkecuali Indonesia, saat ini tengah dilanda pandemi global Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Di Indonesia, pandemi COVID-19 telah ditetapkan sebagai Bencana Nonalam melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Pengalaman terbaik beberapa pesantren yang telah berhasil melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan dampak pandemi COVID-19 menjadi bukti nyata bahwa pesantren juga memiliki kemampuan di tengah berbagai keterbatasan fasilitas yang dimilikinya. Modal utamanya adalah tradisi kedisiplinan yang selama ini diajarkan kepada para santri, keteladanan dan sikap kehati-hatian Kiai dan Pimpinan Pesantren karena mereka tetap akan mengutamakan keselamatan santrinya dibandingkan proses belajar di Pesantren.
Jumal Ahmad dari Islamic Character Development menulis dalam blognya ahmadbinhanbal.wordpress.com, Selasa (20/10/2020), secara singkat, kata santri berasal dari beberapa suku kata jika ditulis dalam bahasa Arab yaitu syin, nun, ta’ dan ra’ dari 4 kata ini kita akan menjabarkan makna santri.
SANTRI = SYIN, NUN, TA’, RA
SYIN = Syaatiru ‘Aibul Ummah (Menutup Aib/ Kejelekan Umat)
Santri bukan hanya mempunyai tanggung jawab ilmiah untuk menelaah kita kitab ulama saja, tetapi juga harus peduli dengan masalah umat.
Ibnu Mubarak pernah mengatakan:
لايفتي المفني حين يفتي حتى يكون عالما بالأثر بصيرا بالواقع
“Tidaklah seorang mufti memberikan fatwa sampai dia mengetahui tentang atsar dan paham realitas”.
NUN = Naaibul Ulamaa’ (Wakil para Ulama’)
Naaib artinya wakil atau orang yang bisa dipercaya. Santri selalu setia dan mengikuti tutur kata para kyai, sejarah membuktikan ketika para kyai mengumandangkan perang kepada penjajah, kalangan santri adalah yang pertama melaksanakan titah itu.
TA’ = Taabi’ul Hudaa (Mengikuti Petunjuk)
Seorang santri tidak pernah bersikap taqlid atau hanya mengikut-ikut saja, tetapi dia mengikuti petunjuk dari Alquran dan Hadits yang telah dijelaskan oleh kyai.
Maka seorang santri tidak pernah lepas dari menunti ilmu, dia selalu ingat dengan pesan Imam Syafi’i berikut:
ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺬُﻕْ ﻣُﺮَّ ﺍﻟﺘَّﻌَﻠُّﻢِ ﺳَﺎﻋَﺔً ﺗَﺠَﺮَّﻉَ ﺫُﻝُّ ﺍﻟْﺠَﻬْﻞِ ﻃُﻮْﻝَ ﺣَﻴَﺎﺗِﻪِ
ﻭَ ﻣَﻦْ ﻓَﺎﺗَﻪُ ﺍﻟﺘَّﻌْﻠِﻴْﻢُ ﻭَﻗْﺖَ ﺷَﺒَﺎﺑِﻪِ ﻓَﻜَﺒِّﺮْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﺭْﺑَﻌًﺎ ﻟِﻮَﻓَﺎﺗِﻪِ
Barangsiapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya belajar, maka dia akan meneguk hinanya kebodohan di sepanjang hidupnya
Barangsiapa yang tidak menuntut ilmu di masa mudanya, maka bertakbirlah empat kali, karena sungguh dirinya telah wafat.
RA’ = Raahibun Billail (Rajin Beribadah Di Malam Hari)
Santri menjadikan wirid dan shalat malam sebagai amalan yang tidak pernah dia tinggalkan. Wirid dan shalat malam itu menjadi waktunya untuk mengadu keluh kesah dan menikmati waktu bersama Tuhannya.
Pendidikan seperti apa yang didapatkan di Pesantren? Yang pasti, pelajaran agama meliputi bahasa, kitab, tafsir, Hadits dan juga pendidikan kesederhanaan, kemandirian dan pengendalian diri dari hawa nafsu.
Wadah berinteraksi dengan teman dari berbagi suku dan daerah yang menjadi bekal jaringan setelah dari pesantren.
Laboratorium kehidupan, yaitu santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya. Agar para santri bisa memberikan kebaikan, kemanfaatan dan keselarasan hajat hidup manusia, maka peran yang harus dibawakan santri dalam modernitas adalah sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh sifat-sifat yang sesuai dengan syariat Alquran dan hadits masa kini. Yakni, umat Islam terutama para santri harus memiliki sifat-sifat seperti berikut:
Santri harus bisa lebih baik dari orang lain (yang bukan santri).
Santri harus bisa hemat dalam menggunakan fasilitas dan membelanjakan harta, tidak memubazirkan dan membuang-buang fasilitas dan harta yang ada, serta lebih canggih pemikirannya.
Santri harus mempunyai pemikiran jangka panjang, membuang jauh-jauh pemikiran jangka pendek.
Santri harus bisa menghargai waktu, mampu menggunakannya dengan baik, dan mengatur rutinitasnya untuk hal-hal yang positif.
Santri harus kreatif, mampu menghadapi bermacam-ragam masyarakat di sekitarnya.
Santri harus bisa mandiri, tidak selalu bergantung dan selalu menunggu “jemputan bola” dari orang lain.
Santri yang bertahun-tahun melewati pendidikan agama 24 Jam dengan sistem keteladanan (uswah Hasanah) secara kontinyu dari kyai dan para ustaz akan lebih baik akhlak dan perilakunya dari pada mereka yang belajar hanya sebatas teori akhlak tanpa ada keteladanan dan bimbingan secara kontinyu.
Santri dan Pesantren memiliki nilai plus di samping kemudahan dan jaminan yang terkandung dalam hadits berikut:
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a., Rasulullah saw bersabda:
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya.”
“Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)-nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).” [HR Abu Dawud].
Hari Santri Nasional
Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik 10 Nopember 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Selamat Hari Santri Nasional, Santri Sehat, Indonesia Kuat.[ind]
Sumber: https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2020/10/20/makna-dan-derivasi-kata-santri/