GENCATAN senjata akhirnya jadi diberlakukan sejak Ahad kemarin, 19/1. Hamas kian berjaya dan Israel malu habis.
Meski mengalami telat tiga jam, akhirnya gencatan senjata yang sudah disepakati Hamas dan Israel akhirnya terwujud. Tiga wanita sandera warga Israel dibebaskan oleh Hamas.
Tiga wanita itu adalah Romi Gonen (23), Doron Steinbrecher (31), dan Emily Damari (27). Pembebasan berjalan aman dan lancar. Menariknya, meski sebagai sandera, ketiganya begitu nyaman dan bahagia saat berada di tengah kelompok Hamas.
Tak sedikit pun ada tanda-tanda takut, gelisah, atau cemas. Sebuah perasaan yang sangat wajar saat wanita berada di tangan penculiknya. Tapi, hal itu tak ada sama sekali.
Bahkan, ketiganya begitu sukacita ketika personil berseragam Hamas memberikan ‘gift’ sebuah goody bag yang berisi souvenir. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat tidak lazim dari para sandera terhadap penculiknya.
Pemandangan ‘luar biasa’ itu membuka mata dunia tentang kehebatan Hamas yang tidak hanya di medan perang. Melainkan juga dalam hal kemanusiaan.
Menaikkan Citra Hamas dan Mempermalukan Israel
Dunia dipertontonkan sebuah pemandangan perang yang lain dari yang lain. Sebuah drama kolosal yang menunjukkan sebuah kelompok kecil tak berdaya mampu mempermalukan kekuatan besar yang serba punya.
Alasan Israel memerangi Hamas karena tiga hal: karena tuduhan terorisme yang menyiksa warga Israel, karena ingin membebaskan sandera, dan karena ingin menghabiskan pejuang Hamas.
Tiga alasan inilah yang seperti ‘menghalalkan’ Israel membunuh lebih dari 40 ribu wanita dan anak-anak warga Gaza, Palestina. Serta, menghancurkan seluruh infrastruktur negara lain, termasuk rumah penduduk dan rumah sakit.
Sayangnya, tiga alasan menghalalkan cara itu sama sekali tak terbukti. Hamas memperlihatkan bahwa para sandera sama sekali tidak sedih dan takut. Mereka bahkan begitu nyaman, senang, dan seperti berat berpisah dengan ‘penculiknya’.
Alasan kedua untuk membebaskan sandera juga gagal total. Tak satu pun sandera yang bisa dibebaskan, kecuali mati oleh peluru Israel sendiri.
Fakta inilah yang begitu meruntuhkan kepercayaan warga Israel terhadap kepemimpinan Netanyahu dan para menterinya. Sudah membunuh puluhan ribu warga tak berdosa, menghabiskan ribuan trilyun anggaran negara, tapi nol hasil.
Alasan ketiga juga gagal total. Alih-alih Israel bisa mengklaim telah menghabiskan pejuang Hamas, tapi nyatanya, mereka tampil full team. Tak ada yang terlihat terbaring di rumah sakit, cacat, stress, dan lainnya. Bahkan mereka tampil dengan seragam yang tak ‘lecek’ sama sekali.
Simpati Dunia
Ada pemandangan lain yang juga merisaukan Israel. Ketika pintu perbatasan Mesir Rafah dibuka, ribuan kendaraan pengangkut bantuan membanjiri perbatasan Gaza. Bantuan itu datang dari berbagai negara.
Diperkirakan bantuan kemanusiaan itu akan masuk ke Gaza sebanyak seribu kendaraan per hari. Bahkan lebih. Termasuk bantuan rekonstruksi infrastruktur yang akan menelan biaya milyaran dolar Amerika.
Bantuan dari berbagai negara itu datang bukan karena permintaan PBB. Tapi datang sukarela.
Dukungan kepada Hamas dan Palestina bukan hanya ditunjukkan melalui bantuan kemanusiaan. Melainkan juga melalui dukungan politik seperti yang ditunjukkan Indonesia, Malaysia, Rusia, Cina, Iran, Yaman, Turki, Qatar, sejumlah negara Eropa, dan lainnya.
Israel kini menjadi terkucilkan oleh pergaulan dunia. Terisolasi di tengah kemewahan dan kekuatan lobi yang seperti tanpa batas. [Mh]