PENGKHIANATAN dan pengusiran Bani Musthaliq, termasuk ke dalam ghazwah, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam turut ikut berperang di dalamnya. Rasulullah mendapat informasi bahwa pemimpin bani Musthaliq menghimpun kaumnya untuk memerangi kaum muslimin.
Maka Rasul mengutus Buraidah bin Al-Husaib untuk mengecek info tersebut, dan ternyata info tersebut benar. Maka sebelum Bani Musthaliq menyerang, Rasul mengumpulkan pasukan muslimin dan berangkat.
Dalam perang ini ada orang munafiq yang ikut berangkat perang, padahal biasanya mereka tidak ikut. Ada mata-mata yang dikirim Bani Musthaliq ke pasukan muslim tapi tertangkap dan dibunuh. Hal ini membuat pemimpin Bani Musthaliq ketakutan dan beberapa kabilah Arab yang bergabung bersamanya melepaskan diri.
Urusan Madinah diserahkan kepada Zaid bin Haritsah. Namun ada pula pendapat lain yang mengurus Madinah ialah Abu Dzarr dan ada pula berpendapat Numailah bin Abdullah Al-Laitsi.
Baca juga: Qa’qa’ Ibnu Amr, Prajurit Rasulullah yang Mempunyai Berbagai Taktik Perang
Pengkhianatan dan Pengusiran Bani Mustaliq
Rasulullah pun tiba di Muraisi’ sebuah mata air. Perang bani Musthaliq disebut juga dengan perang Al-Muraisi’. Perang ini hanya terjadi secara singkat. Bahkan Ibnu Qayyim berpendapat bahwa hanya terjadi pengepungan lalu Bani Musthaliq menyerah dan wanita juga anak-anak ditawan.
Diantara tawanan perang itu ada seorang wanita bernama Juwairiyah binti Al-Harits, anak kepala suku Bani Musthaliq. Juwairiyah masuk islam dan dibebaslan oleh Rasulullah lalu dinikahinya. Dengan pernikahan ini 100 orang tawanan dari Bani Musthaliq dibebaskan.
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam berangkat dari Madinah pada tanggal 2 Sya’ban, berjalan menuju ke qabilah Bani Musthaliq (Muraisi’) dan sahabat ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu sebagai orang yang berjalan paling depan. Kemudian di tengah perjalanan Nabi bertemu dengan seorang laki-laki dari Bani ‘Abdul Qais, seketika itu orang itu mengucapkan salam kepada Nabi seraya berkata setelah Nabi menjawab salamnya:
“Ya Rasul Allah! Saya hendak bertemu dengan Tuan. Sungguh saya menyaksikan bahwa segala apa yang Tuan datangkan itu haq (benar), dan saya akan mengikut berperang beserta Tuan buat memerangi musuh-musuh Tuan.”
Beliau lalu meneruskan perjalanannya, dan ditengah perjalanan tiba-tiba beremu dengan seorang mata-mata dari kaum Musyrikin Bani Musthaliq yang disuruh oleh Harts bin Dhirar supaya menyelidiki kabar Nabi dan kaumnya.
Orang tadi ditanya oleh beliau dari halnya kaum Bani Musthaliq, tetapi ia menolak tidak suka menerangkan dirinya sebagaimana semestinya. Lalu mengajak kepadanya supaya masuk Islam. Tetapi ia menolak dengan dengan kekerasan dan hinaan.
Oleh sebab itu, Nabi menyuruh sahabat untuk memanggal lehernya, dan seketika leher laki-laki dari Bani Musthaliq tersebut dipenggal lehernya. Harts bin Dhirar setelah mendengar kabar kedatangan tentara Muslim yang dipimpin langsung oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mendengar pula mata-matanya lehernya terpenggal, ia dan kaumnya merasa gemetar dan takut, lalu mereka bercerai-berai mencari perlindungan.
Selanjutnya Nabi meminta kepada sahabatnya untuk membuatkan gubug untuk kediaman beliau dan permaisurinya untuk sementara waktu. Setelah sahabat selesai membuatkan gubug tersebut beliau langsung mengatur barisan tentaranya (formasi).
Kemudian sahabat ‘Umar bin Khattab disuruh untuk menyeru kepada kaum Bani Musthaliq, supaya mengucapkan kalimah Tauhid (syahadattain). Kalau mereka mengucapkannya dengan suka rela tentulah diri dan harta mereka selamat (terpelihara) dari serangan. Sahabat ‘Umar berseru kepada mereka dengan suara yang sekeras-kerasnya:
قُوْلُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، تَمْنَعُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَمْوَالَكُمْ!
“Ucapkanlah olehmu sekalian: ‘Tiada Tuhan melainkan Allah.’ Akan terpeliharalah dirimu dan hartamu sekalian.”
Masing-masing tentara setelah berhadapan muka, maka dalam sementara waktu lalu terjadi panah-memanah satu pada lainnya. Dan akhirnya kaum Bani Musthaliq lalu bubar karena ketakutan melihat gerakan tentara Muslim. Ketika itu tentara mereka mereka yang mati terbunuh sebanyak 10 orang sedangkan dari pihak tentara Muslim hanya seorang yang meninggal (mati syahid). Keadaan binatang ternak mereka, perempuan-perempuan mereka dijarah oleh tentara Muslim.
Setelah selesai peperangan, maka binatang-binatang ternak mereka yang dijarah oleh tentara Muslimin sebanyak 2000 unta dan 5000 kambing. Nabi menyuruh budaknya yang bernama Syuqran supaya mengatur dan menggiring binatang-binatang tadi ke Madinah.
Adapun orang-orang yang tertawan adalah 200 ahli bait (keluarga) yang terdiri dari 700 orang laki-laki dan perempuan. Beliau menyuruh sahabat Buraidhah supaya mengatur dan mengiring mereka ke Madinah. Diantara mereka terdapat putri dari Harts bin Dhirar (kepala qabilah Bani Musthaliq) yang bernama Barrah.
Sumber: Ar-Rakhiqul Makhtum – Syaikh Shafiyurrahman Mubarak Furry dan penjelasan Ustadz Khalid Basalamah di Spotify
[Sdz]