• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Rabu, 14 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

Gara-gara Antrian di Bandara, Gubernur NTB Dihina Pengusaha Keturunan Tionghoa dengan Sebutan ‘Tiko’

April 14, 2017
in Berita
70
SHARES
541
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT




Chanelmuslim.com – Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi mendapat perlakuan tidak menyenangkan ketika sedang mengantre di Bandara Changi, Singapura. Gubernur Majdi dihina dengan kata-kata kasar oleh seorang pengusaha muda keturunan Tionghoa bernama Steven Hadisurya Sulistyo  (SHS) yang juga mahasiswa di Singapura, pada 9 April 2017 lalu.

Diawali salah paham antrian di bandara, Steven Hadisurya Sulistyo terus memaki-maki Muhammad Zainul Majdi. Bahkan setelah tahu yang dia maki adalah seorang gubernur, Steven terus melakukan penghinaan.

Menurut pengakuan Gubernur yang hafal Quran itu. ia sedang mengantre, lalu ada rombongan yang mengaku mengantre sebelum dia.

“Saya dan istri sedang antre, lalu ada rombongan kecil mengaku mengantre sebelumnya, dan marah-marah. Kami mengalah lalu pindah antrian, tapi terus diumpat-umpat. Ada sekelompok orang yang makin sombong di Republik ini, Pak. Mereka pikir uang bisa membeli segalanya.” tutur Zainul Majdi dilansir Nusantaranews.

Zainul Majdi juga mengatakan, bahwa ketika ia sudah pindah antrian mereka masih mengumpat sang gubernur dengan berkata “tiko”.

“Kami mengalah pindah antrian masih terus diumpat. Saya adukan ke polisi setiba di Jakarta. Saya memutuskan mengadu setelah mengetahui arti kata “tiko”. Rupanya mereka punya sebutan yang sangat merendahkan pribumi.”

Namun, setelah mengetahui bahwa yang mereka umpat adalah Guburnur NTB tetap saja kesombongan dari SHS tidak berkurang.

“Setelah tahu pun tak berkurang arogansinya.”

Gubernur sempat menyesalkan bagaimana saudara-saudara kita yang pribumi dan bekerja pada mereka dipanggil Tiko.

“Saya membayangkan bagaimana mengenaskannya saudara-saudara kita yang kebetulan bekerja pada mereka. Kata ‘tiko’ ternyata kasar sekali loh. ‘ti’ = ‘babi’, ‘ko’ = ‘anjing’. Jadi kalau kita manggil orang-orang dalam tanda kutip pribumi itu ‘tiko’, itu sangat menghina sekali.” (mh/ilham/foto: kicknewstoday)

 

 

Previous Post

Penghina Gubernur NTB Akan Dipolisikan

Next Post

Reaksi Tanri Abeng, Tokoh Makasar, terhadap Celaan yang Dialami Gubernur NTB

Next Post

Reaksi Tanri Abeng, Tokoh Makasar, terhadap Celaan yang Dialami Gubernur NTB

Peresmian Masjid Raya Hasyim Ashari Dimajukan Sabtu Pagi

Ulama Senior Saudi: Muslim Harus Ikuti Akhlak Rasulullah

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga