Dengan meningkatnya pembatasan simbol-simbol Islam di distrik barat Xinjiang, pemimpin partai komunis di Kashgar telah memperingatkan terhadap pemakaian jilbab, menggambarkan kota sebagai garda terdepan dalam pertempuran melawan ekstremisme.
“Kami harus mengambil langkah ke depan sebagai sebuah negara modern yang sekuler,” ujar Zeng Cun, sekretaris partai dari kota tua jalan sutra tua Kashgar, seperti dikutip Reuters Sabtu 7 Maret lalu.
“Tapi di beberapa tempat di Kashgar tahun lalu ada cadar dan penutup kepala,” kata Zeng dalam sebuah wawancara langka dengan Reuters di sela-sela pertemuan tahunan parlemen China.
“Ini sama saja dengan mundur ke belakang dari langkah sekuler yang telah kami ambil. Ini adalah kebalikan dari budaya.”
“Kashgar adalah garis terdepan Xinjiang melawan terorisme,” kata Zeng, meskipun ia tidak memberikan rincian tentang jumlah orang yang telah meninggal di atau dekat Kashgar dalam insiden baru-baru ini.
Desember lalu, China melarang memakai jilbab di depan umum di Urumqi, ibukota provinsi Xinjiang.
Hukum di wilayah mayoritas Muslim ini datang pada saat Beijing mengintensifkan kampanye melawan “ekstremisme religius” yang disalahkan atas aksi kekerasan baru-baru ini.
Masyarakat Uighur dan aktivis hak asasi manusia mengatakan kebijakan represif pemerintah di Xinjiang, termasuk kontrol pada Islam, telah memicu kerusuhan.
Muslim Uighur adalah minoritas berbahasa Turki dari delapan juta di wilayah Xinjiang barat laut.[af/islampos]