ChanelMuslim.com – Kali ini, Laila Khalidah sebagai salah satu relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT)-KRC melaporkan mengenai catatan di Pengungsian Rohingya . Bagaimana tentang kisah anak-anak Rohingya yang begitu polos dan mengajarkan arti kemanusiaan.
Berikut catatan Laila Khalidah selama di Pengungsian Rohingya Aceh Utara.
?#?Day4?
Kemarin, di posko kami ACT-KRC, diadakan kegiatan nonton bersama anak-anak pengungsi Rohingya. Reaksinya ? Mereka tertawa!. Anak -anak itu. Saya tidak tahu bagaimana bahagianya menyaksikan tawa ceria mereka.
Setelah hampir satu jam lebih, anak-anak diantarkan kembali oleh relawan kami kembali ke barak penampungan perempuan dan anak-anak. Tapi beberapa menit kemudian, ada yang menarik perhatian, dibawah tenda kami masih ada satu anak yang duduk dan belum kembali. Hingga salah satu tim relawan kami berinisiatif mengantarkannya kembali. Saya yang sedang membereskan sesuatu dibawah tenda jadi ikut tertarik dan mengikutinya, anak itu, ekspresinya murung sekali dan tak merespon apapun pertanyaan dan sapaan relawan kami.
Tiba2 setelah diajak dengan isyarat2 gerak tubuh, dia bangun dan langsung berjalan ke arah barak khusus perempuan dan anak2. Agaknya ia mau kembali. Kami ikuti, terlebih melihatnya jalan tanpa alas kaki berinisiatif digendong saja. Dia menurut ketika digendong, tapi tetap tanpa reaksi apapun.
Setibanya di baraknya dan dia turun dari gendongan, saya menunggu ia menuju ibunya. Yang membuat heran sekaligus was-was adalah dia diam ditempat. Tak mencari atau menuju ibunya. Karena khawatir saya tanya , Ma ? Berulang kali. (Itu cara tanya ibunya) dia diam. Tetap tak merespon.
Saya berinisiatif bertanya ke ibu2 disitu, Ma ? Ditambah bahasa isyarat dan mereka yang tiba2 bicara bahasa Burma hanya bisa membuat saya menunggu respon. Dan was2 itu kian besar karena belum ada reaksi dan tak ada tanda2 ibu disitu yang merasa ini anaknya. Jangan2…pikir saya.
Lalu tiba2 saya merasa ada yang menyentuh dari belakang. Ma ? Saya tanya dengan isyarat ke anak kecil ini. Beliau mengangguk. Alhamdulillah. Iya ini anaknya ternyata.
Ketika akhirnya saya tanya Pa ? (Menanyakan ayahnya) yang ditambah bahasa isyarat, ibu itu mengangkat tangannya dan menggerakkannya didepan leher. Itu isyarat mereka bilang suaminya, ayah anak itu dibunuh :”(. Jika kalian kemari, dan bertanya tentang Pa ? Ma ? Atau children (plus bahasa isyarat) kalian akan sering mendapatkan jawaban semacam ini :”(.
Allah. Rasanya sulit menerjemahkan dan menamai perasaan kita melihat kondisi mereka disini. Anak anak itu, semoga kami bisa ikut membantu mengembalikan keceriaan dan senyum diwajah mereka yang seharusnya memang dimiliki setiap anak – anak kan ?.
?#?CatatandiPengungsian?
?#?Day5?
Mereka mulai menunjukkan banyak ekspresi. Kita sama-sama tahu, dalam interaksi sesama manusia, saling tahu dan paham bahasa komunikasi bukanlah satu-satunya hal yang mempermudah menjalin kebersamaan. Tapi bahkan meski kita tak sama bahasa dan tak saling paham bahasa, ada sesuatu yang membuat kita saling bisa berbagi tawa dan kebersamaan bahkan dalam bahasa yang berbeda. Saya menyebutnya kenyamanan.
Anak – anak ini, begitu saya sapa langsung
ngajakin main bola ! smile emotikon. Jadilah saya ajarkan mereka beberapa jurus andalan main bola yang saya kuasai, haha. *gaya bener*. Bercanda. Bola yang dipegang itu, kami jadikan bola lempar dan sepak secara bergantian.
Lagian saya makin merasa terdukung, anak-anak itu suka bikin addicted !. Tidak peduli bahasanya apa dan anak dari negara mana. Setelah main dan interaksi dengan mereka, saya jadi makin yakin. Anak anak itu memang addicted.
(Facebook Laila Khalidah/jwt)