SEBUAH unggahan dari dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar, menjadi viral di media sosial setelah membagikan kisah foto halaman buku ensiklopedia milik anak-anaknya, di mana bendera Israel telah diganti dengan gambar bendera Palestina buatan tangan.
Foto yang dibagikan memperlihatkan lembaran bertema bendera-bendera dunia.
Di antara deretan bendera tersebut, bendera Israel tampak telah ditutup dan digantikan dengan gambar bendera Palestina lengkap dengan nama negara yang ditulis tangan.
Aksi ini dilakukan sendiri oleh anak-anak sang dosen tanpa sepengetahuannya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Kejadian ini mengundang banyak reaksi dari warganet, sebagian besar memuji keberanian dan kepedulian anak-anak terhadap isu kemanusiaan yang kompleks.
Dalam unggahan yang kini telah menyebar luas, sang ayah menulis:
“Gak sengaja, saya buka buku ensiklopedia yang sering dibolak-balik anak-anak saya yang kecil, saya nemu ini. Ternyata bendera Israel dihapus oleh mereka dan diganti dengan Palestine. Saya makin yakin melawanlah sebisanya. Keren kalian, Nak!”
Ia juga menambahkan kutipan penuh semangat yang memperkuat makna unggahan tersebut:
Anak Dosen FH UGM ini Ganti Bendera Israel dengan Palestina di Buku Ensiklopedia
Baca juga: Jangan Asyik Sendirian, Harus Banyak Melibatkan Anak
“We will not go down, in the night, without a fight!”
Kutipan ini mengacu pada lagu populer yang menjadi simbol perlawanan rakyat Palestina dan kerap digunakan sebagai bentuk solidaritas global terhadap penderitaan warga sipil di Gaza dan Tepi Barat.
Lebih lanjut, warganet @tatangkukuhw bertanya usia dari sang anak.
“Buku ini dah lama. Skarang mereka 10 dan 12 tahun,” ungkap Zainal pada kolom komentar.
Komentar lainnya menyebut aksi itu sebagai bentuk pendidikan moral yang tak ternilai, dan refleksi dari pola asuh yang memberi ruang anak untuk berpikir kritis sejak dini.
Keluarga memiliki peran penting dalam memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak-anak.
Kisah ini menunjukkan bagaimana pendidikan karakter dan kepekaan sosial bisa dimulai dari rumah, bahkan dari aktivitas sederhana seperti membaca ensiklopedia.[Sdz]