• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Rabu, 14 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

Alquran Cerdaskan Otak Anak, bukan Musik Klasik!

Mei 20, 2015
in Berita
79
SHARES
611
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

anakdanalquran

Chanelmuslim.com-Mengenalkan musik klasik sejak dini ternyata bukanlah cara efektif untuk mencerdaskan otak anak. Justru dengan mengenalkan Alquran dengan cara mendengarkan murottal atau menghafalnya dapat membuat anak lebih cerdas.

Alquran dapat memelihara dan menyelamatkan otak manusia dengan cara membaca atau menghafalkannya. Apalagi kegiatan tersebut dilakukan sejak anak-anak dalam usia pertumbuhan. Dengan kata lain, “Alquran save the brain”.

Pendapat ini mengemuka dalam Seminar “Peran Ayah dalam Mengantisipasi Dampak Media Visual pada Perkembangan Psikologis Anak” yang diselenggarakan Sekolah Nurul Iman, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu, 9 Mei 2015. Tampil sebagai pembicara Ahli Syaraf Dr. dr. Tiara Aninditha, Sp.S, Pakar tadabbur Quran Ust. Bachtiar Nasir, Lc, MM, dan artis muslimah Astri F. Ivo.

Dr-Ita
Dalam paparannya Dr. dr. Tiara Aninditha yang juga Dosen Syaraf di Faklutas Kedokteran UI, menjelaskan bahwa usia 0 sampai 5 tahun adalah masa terbaik dalam pertumbuhan syaraf-syaraf otak anak. Sedangkan usia 7-15 tahun adalah masa terbaik dalam pembangunan koneksi antar syaraf otak.

“Sehingga asupan interaksi yang berlangsung antara anak dan orangtua pada usia itulah yang akan menjadi pegangan hidup seseorang pada usia berikutnya,” papar dr. Tiara.

Seseorang yang sering melihat kekerasan, ungkapnya, baik dari orangtua, sosial media, atau gadget, seperti games kekerasan, maka dari hasil penelitian yang dilakukan pada anak yang selama dua minggu terus-menerus bermain game, hasilnya cukup membuat salah satu bagian otak anak itu menjadi tidak berfungsi, alias si anak menjadi bebal.

“Yang akan mereka tiru hanya perilaku kekerasannya,” ungkap dr. Tiara.

Dokter syaraf yang praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini menegaskan, mengapa Islam pernah mengalami masa “golden age” (masa kejayaan) di masa awal pertumbuhan Islam –dengan banyaknya lahir pemikir-pemikir muda–, karena anak-anak pada masa itu sangat dekat dengan Alquran. “Artinya, Alquran save the brain,” katanya.

Karena itu, lanjutnya, jika para orangtua ingin mendidik anaknya dengan benar dan cerdas secara edukasi, maka disarankan untuk mengajarkan Alquran sejak dini.
“Jadi tidak benar, jika ada yang mengatakan bahwa untuk mencerdaskan otak anak, maka sejak dalam kandungan harus sering diperdengarkan dengan musik klasik,” ujar dr. Tiara yang menganjurkan sebaiknya ibu-ibu hamil banyak membaca atau mendengarkan murotal Alquran.

Senada dengan dr. Tiara, Ust. Bachtiar juga menegaskan Alquran memang mampu menyembuhkan otak yang sudah “rusak”. Menurutnya, tidak benar jika otak anak-anak yang telah dirusak oleh peristiwa kekerasan di dalam rumah tangga atau oleh games kekerasan, maka tidak dapat disembuhkan di hari tuanya.

“Yang dapat menyembuhkannya hanya Alquran, baik dengan cara dibaca atau dihafalkan,” ujar Ust. Bachtiar sambil mencontohkan pada riwayat hidup sahabat Rasulullah khalifah Umar bin Khatab dan Khaid bin Walid.

“Khalifah Umar bin Khatab dan Khalid bin Walid itu sebelum masuk Islam, mereka adalah orang yang sangat dekat dengan kekerasan. Mereka disebut “singa dan serigala gurun pasir”. Namun, saat mereka sudah masuk Islam dan dekat dengan Alquran, mereka kemudian menjadi orang-orang terbaik di zaman kejayaan Islam,” ungkap Ust. Bachtiar.

Tentang peran ayah dalam membentuk jiwa dan karakter anak, Ust. Bachtiar memaparkan kisah Nabi Yaqub di dalam Alquran. Dari kisah sebelum wafatnya Nabi Yaqub tersebut, ada tiga poin penting yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan seorang ayah selama hidupnya dalam mendidik anak-anaknya.

“Pertama, tanamkan pada jiwa anak untuk selalu mentauhidkan Allah. Kedua, agar anak tidak menyekutukan Allah. Dan ketiga, anak-anak harus terikat pada syariat (aturan/tuntunan) Allah dan Rasul-Nya,” tandas Pimpinan AQL Islamic Center ini. “Jika ketiga hal itu sudah kita ajarkan secara sungguh-sungguh, in sya Allah kita telah lulus sebagai ayah yang amanah.” (ind/aql)

Previous Post

Tren Desain Interior

Next Post

Jelang Ramadhan, Zalora Gelar Fashion Parade Lebaran 2015

Next Post

Jelang Ramadhan, Zalora Gelar Fashion Parade Lebaran 2015

Qari Diminta Hati-hati Lantunkan Alquran dengan Gaya Baru

Makna Kebangkitan Nasional Lebih dari Sekedar Nostalgia

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga