ChanelMuslim.com – Semenjak mengumumkan kasus pertama Covid – 19 pada rabu (11/3) pekan lalu, Turki melakukan tindakan pencegahan secara nasional.
Pencegahan terutama dilakukan di bandara udara yang berhubungan langsung dengan keluar masuknya manusia dari dan ke negara itu.
Sebuah drama 20 jam menjadi pengalaman tidak terlupakan bagi Mbak Butet yang pada hari ini (16/3) mengalami karantina di bandara Sabiha, Istambul Turki.
Melalui laman Facebooknya Mbak Butet menuliskan surat terbuka tentang pengalamannya di ruang karantina itu. Begini isi surat terbukanya,
Assalamualaikum Wr Wb.
Saya Elly Zarnie Lubis. Pemegang paspor Indonesia.
Semula, saya mempunyai rencana akan ke beberapa negara Balkan mulai tanggal 13 hingga 23 Maret.
Namun akhirnya rencana berubah.
Saya memutuskan untuk tetap berangkat ke Amsterdam sebagai pintu pertama sesuai visa yang saya miliki dan mau habis masa berlakunya itu karena saya hanya punya tiket dari Amman ke Amsterdam dan Amsterdam Jakarta.
Artinya, untuk tidak mengeluarkan duit banyak, saya memilih tuk tetap terbang kemudian kami reschedule tiket pulangnya.
Rencana saya, saya akan tinggal di Amsterdam 1 malam, lalu ke Bosnia 1 malam, lalu pulang. Keputusan ini diambil karena kami mengancel tuk keliling Balkan dan hendak pulang saja.
Hari itu, 13 Maret 2020, kami bermalam di Hotel Best Western Amsterdam sambil menunggu flight esok pagi ke Sarajevo Bosnia.
Setiba di Bosnia, kami sempat ditanya, berapa lama di Amsterdam dan ke mana saja. Setelah itu kami diperbolehkan keluar bandara.
Di Sarajevo kami bertemu Yannovisyam Caniago, teman perjalanan yang sudah terlebih dahulu tiba.
Setelah menimbang banyak hal, kami putuskan untuk kembali ke Indonesia via Istanbul tidak lewat Amsterdam, meski flight kami harusnya via Amsterdam.
SAMBUTAN DI SABIHA
Dari Sarajevo kami menggunakan Pegasus ke Bandara Sabiha Istanbul tanggal 14 Maret. Sesuai rencana. Hanya 1 malam saja di Bosnia.
Saat di imigrasi Sabiha Airport Istambul, saya tertahan. Petugas meminta saya ke meja yang ada pendeteksi panas dan beberapa alat lain. Saya pikir saya akan ditest kesehatan, tapi ternyata tidak sedikit pun saya diperiksa.
Mereka hanya memeriksa dokumen perjalanan saya. Mereka lihat stamp Belanda tanggal 13, berarti baru 2 hari yang lalu. Itu yang membuat mereka menahan saya.
Namun anehnya, dua teman saya lolos. Padahal petugas imigrasinya sama!
Ketika petugas tahu bahwa saya tidak sendirian, mereka memanggil dua teman saya yang sedang mengambil bagasi.
Alhasil, kami bertiga hingga saat ini, tanggal 16 Maret pukul 3 pagi, masih tertahan di bandara. Saya dan Susi dimasukan ke ruangan terpisah dengan Syam. Kami di ruangan khusus perempuan dam Syam di ruangan khusus laki-laki.
Yang jadi masalah adalah, kami ditempatkan di ruangan yang menurut saya tidak manusiawi. Sejatinya kami mendapatkan fasilitas ruangan dengan tempat tidur, kamar mandi dan juga mendapat makan secara gratis sebagaimana yang tertulis di kertas yang sempat difoto oleh Syam.
Namun kenyataannya, hanya ada 3 sofa dan 4 tempat duduk seperti di ruang tunggu untuk kurang lebih 15 orang.
Sebagian dari kami terpaksa mengambil tempat di lantai.
Makanan yang kami dapat adalah chicken burger, kentang goreng, dan soda. Ada segalon air mineral tanpa dispenser diletakkan di meja.
Ruangan kami dikunci dari luarJika ada yang mau ke toilet, harus bergantian dan tidak diperbolehkan membawa apa pun. Petugas menunggu kami di depan toilet dan mengantar kembali ke ruangan.
Seorang ibu dari Irak bilang ini seperti penjara!
Dikarenakan tempat untuk tidur terbatas, saya meminta untuk ditambah kursi. Namun, mereka tidak paham. Harus menggunakan google translate dulu, baru mereka paham. Mereka mengangguk- mengangguk seolah akan mengabulkan permintaan saya. Namun setelah ditunggu kursi yang diminta tidak juga datang.
Saya meminta lagi ke petugas yang ternyata bisa bahasa inggris. Tapi tak juga ada kursi baru yang tiba.
Sampai akhirnya ada dokter yang berkunjung, saya meminta dia melihat kondisi kami. Tapi jawabannya sangat mengecewakan.
“Itu bukan urusan saya. Saya dokter di sini. Untuk fasilitas itu otoritas bandara.” Kemudian dia pergi
Kami sampai saat ini masih di ruangan yang tidak layak ini hingga menunggu penerbangan kembali ke Bosnia sore nanti.
Aneh sungguh, jika memang yang pernah ke Belanda dilarang masuk Turkey, kenapa saat kami check in di Pegasus di Sarajevo, kami tetap diizinkan terbang? Harusnya jika ada larangan, kami tidak diperbolehkan terbang.
Kami dirugikan secara waktu dan biaya. Karena kami buang-buang waktu di sini. Hotel yang kami pesan tuk malam ini di Istanbul juga hangus. Rencana mau reschedule tiket Etihad di Airport Istanbul juga sudah tidak lagi bisa dilakukan. Karena kami masih tertahan di bandara Sabiha.
Kami sudah infokan hal ini ke KJRI, dan insyaAllah besok ada perwakilan KJRI yang datang ke airport.
Kami tidak sendiri. Nasib sekian belas orang yang bersama kami juga sama.
Ada yang penerbangan ke negara asalnya baru 4 hari lagi. Sementara dia sedang hamil 3 bulan. Dan selama itu ia harus di ruangan yang tidak nyaman ini.
Kami yang sehat bisa jadi sakit jika tinggal seperti ini. Mental kami juga mulai drop ketika melihat kanan kiri mulai nangis.
Allahu musta’an.
Allah lah sebaik-baik penolong.
Harapan kami, semoga hanya kami yang mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi ini.
Kami juga berharap pemerintah Turkey dalam hal ini otoritas bandara, bisa lebih memperhatikan lagi bagaimana memberikan prasarana yang layak, karena kami manusia, bukan binatang!
Salam
Elly Lubis (Mbak Butet)
Alhamdulillah, saat berita ini disiarkan Mbak Butet telah mendapat kabar baik. In syaa Allah, beliau dan dua orang rekan perjalanannya akan terbang kembali ke Indonesia esok hari dari Bosnia.
“Alhamdulillah, hari ini kami bisa keluar dari ruangan ini. Tinggal Cynthia yang masih di sini tuk menunggu penerbangan pukul 8 malam nanti.
Sementara saya dan Bu Susi, insyaAllah akan terbang kembali ke Bosnia karena tiket dari SAW tuk sore ini, dan akan meneruskan perjalanan ke Jakarta esok hari ini. InsyaAllah.
Terima kasih untuk Pak Okky KJRI, tuk Pak Azmi, Mbak Maryam, dan teman-teman FB yang sudah membantu kami dan mendoakan kami. Hatur nuhun pisaannn. Jazakumullah khair.”
Begitu sebagian isi pesan selanjutnya Mbak Butet di laman Facebooknya.
Virus Covid – 19 atau yang kita kenal sebagai virus corona pertama kali merebak di kota Wuhan, Cina.
Korban kematian global dari virus corona sekarang lebih dari 4.260, dengan lebih dari 118.100 kasus dikonfirmasi, menurut Johns Hopkins University.
Virus ini telah menyebar ke enam benua dan lebih dari 100 negara. [My/ayokemekkah.com]