ChanelMuslim.com – Ada sebuah kisah mengharukan dari menjelang wafatnya sahabat Rasulullah, Amr bin Ash. Hal ini bisa jadi inspirasi bagi kita, ketika Amr melakukan introspeksi diri menjelang kematiannya, bahkan sampai menangis. Khawatir balasan yang diterimanya setelah meninggal nanti.
Baca Juga: Ketika Rasulullah Menegur Abdullah bin Amr bin Ash
Kisah Mengharukan Menjelang Wafatnya Amr bin Ash
Pada detik-detik menjelang wafatnya beliau, sahabat Amr bin Ash menangis dengan tangisan yang panjang hingga beliau memalingkan wajahnya menghadap ke tembok rumah.
Melihat sang ayah menangis, anak beliau Abdullah bin Amr bin Ash memompa harapan sang ayah, sang anak paham betul sebab ayahnya menangis, sang anak berkata:
“Wahai ayahku, bukankah Rasulullah telah memberikan berita gembira kepadamu demikian dan demikian?”
Mendengar aliran kata-kata dari sang anak yang memompa harap sang ayah, maka Amr bin Ash pun menghadap ke anaknya setelah bangkit dan muncul kembali rasa harap dan berkata:
“Sesungguhnya amalan yang paling utama yang aku hitung pada diriku adalah kalimat syahadat لا إله إلا الله ومحمد رسول الله.”
Kemudian sahabat Amr bin Ash bercerita tentang kisah hidupnya yang membuat beliau menangis mengingat apa yang telah beliau kerjakan dimasa lalunya yang kelam.
Dan seperti inilah seharusnya seorang muslim, dia introspeksi, muhasabah, mengingat kembali masa lalu yang buruk agar dia bisa bersyukur atas nikmat yang dirasakan sekarang.
Kembali pada kisah sahabat Amr bin Ash, beliau mulai bercerita,
“Dalam hidupku ini, aku telah mengalami tiga fase besar. Sungguh dahulu aku ini adalah orang yang paling benci terhadap Muhammad Rasulullah, bahkan aku tidak mendapati seorangpun yang lebih benci kepada Rasulullah dibandingkan dengan diriku sendiri.
Jika aku memiliki kesempatan untuk membunuh Rasulullah, aku akan membunuhnya waktu itu. Kalaulah aku mati pada saat itu, niscaya aku termasuk dari penduduk Neraka.
Maka setelah Allah berikan cahaya islam dalam hatiku, aku pun mendatangi Nabi dan aku berkata kepada beliau,
‘Julurkan tangan anda wahai Rasul, aku akan berbaiat kepada anda,’
Rasul pun menjulurkan tangan beliau, tetapi setelah Rasulullah menjulurkan tangannya, sahabat Amr bin Ash menarik kembali tangannya yang membuat Rasul heran dan bersabda:
“Ada apa denganmu wahai Amr?”
Sahabat Amr berkata, “Wahai Rasul, aku ingin berbaiat kepadamu dan masuk islam tetapi dengan persyaratan.”
Rasulpun menjawab,
“Apa yang engkau persyaratkan wahai Amr?”
“Aku ingin agar Allah mengampuni semua apa yang telah aku perbuat dari kejelekan pada masa lalu.”
Rasul pun bersabda,
“Tidakkah engkau ketahui sesungguhnya Islam menghapus segalanya sebelum masuk islam.”
Maka setelah kejadian itu tidak ada seorangpun yang lebih dicintai oleh Amr bin Ash kecuali Rasulullah.
Beliau pun berkata,
“Kalau seandainya aku meninggal pada waktu itu, aku sangat berharap aku termasuk penduduk surga.”
Beliau melanjutkan kisah perjalanan hidupnya, yaitu fase ketiga dalam hidup beliau:
“Kemudian setelah itu datang masa di mana banyak harta rampasan perang, dan aku tidak mengetahui lagi bagaimana keadaanku saat itu, maka jika aku mati, janganlah kalian iringi kematianku ini dengan tangisan meratapi kematianku, jangan pula kalian nyalakan api di kuburanku.”
Demikian keadaan para sahabat, mereka kebanyakan menangis karena muhasabah, introspeksi diri, yang dengannya akan memberikan faedah rasa syukur terhadap segala kenikmatan yang dirasakan sekarang, dan dengannya pula akan memberikan faedah enggan tidak suka untuk kembali seperti pada masa lalu, dan inilah sebab seseorang bisa mendapatkan manisnya keimanan. [Cms]
t.me/bimbingansyariah