ChanelMuslim.com– Shafiyyah binti Abdul Muththalib, shabiyyah terpelajar, pemberani, serta lihai menunggang kuda layaknya ksatria. Ia lahir dari keluarga terpandang. Ayahnya Abdul Muththalib bin Hisyam, kakek Rasulullah. Dengan begitu Shafiyyah adalah bibi Rasulullah.
Ibu Shafiyyah yaitu Halah binti Wah, saudara kandung Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah. Setelah suaminya wafat, Al-Harits bin Harb, ia menikah dengan Al-‘Awwam bin Khuwailid, saudara kandung Khadijah istri Rasul.
Bersama Al-‘Awwam bin Khuwailid, ia melahirkan putra bernama Zubair bin ‘Awwam yang oleh Umar derajatnya disetarakan dengan 1000 prajurit.
Baca Juga: Akhir Hidup Ummu Waraqah. Tragis tapi Indah!
Shafiyyah binti Abdul Muththalib, Ibunda yang Melahirkan 1000 Prajurit
Kehidupan Shafiyyah yang dikelilingi keluarga terpandang dan mulai ini, menjadikannya memiliki karakter yang tangguh, ia pandai menggunakan pedang dan panah seperti prajurit perang.
Sebagai seorang ibu Muslimah, ia memiliki peran yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan pendidikan anaknya yaitu Zubair bin Al-Awwam, ia sanggup memberi pengaruh positif, menyentuh emosi dan menanamkan prinsip-prinsip akhlak mulia di dalam hatinya hingga mendarah daging.
Zubaie bin al-Awwam adalah seorang ksatria Rasulullah yang memiliki keberanian dan kemampuan jauh di atas rata-rata, sehingga Umar bin Khattab pun menyetarakannya dengan 1000 pasukan.
Zubair dibesarkan dengan pendidikan yang keras dan penuh keprihatinan. Shafiyyah mengajarkan putranya yang masih kecil cara menunggang kuda dan menggunakan senjata serta mengarahkan Zubair agar permainannya terfokus untuk belajar memanah dan memperbaiki busur.
Shafiyyah tidak segan-segan menyuruh putranya untuk melaksanakan tugas-tugas yang beresiko tinggi dan berbahaya jika ia melihat putranya enggan maju atau ragu, maka Shafiyyah akan memukulnya dengan keras.
Cara pendidikan ini sempat dikritik oleh beberapa beberapa Paman Shafiyyah, seraya berkata, “Bukan seperti itu cara mendidik dan memukul anak, pukulanmu lebih mirip dengan pukulan orang marah bukan pukulan seorang ibu yang mendidik .
Shafiyyah membantah kritikan tersebut dan berkata tegas, “Siapa yang menganggapku memukulnya karena marah maka anggapan itu salah aku memukulnya dan membuatnya semakin mengerti agar kelak ia tidak pernah gentar menghancurkan musuh dan pulang dari medan perang dengan kemenangan.”
Begitulah cara ia mendidik anaknya hingga berhasil menjadi seorang ksatria di medan perang membela Islam. [Ln]
Sumber: 35 Sirah Shahabiyyah, Oleh: Mahmud Al-Mishri