Chanelmuslim.com-Ibu hamil memang disarankan untuk mengonsumsi banyak cairan untuk menghindari dehidrasi. Hanya saja mereka tidak dianjurkan untuk minum air kemasan.
Studi serupa sudah pernah dilakukan di New York, AS pada tahun 2016 silam. Dikatakan bahwa risiko obesitas pada anak bisa meningkat di usia 7 tahun jika ibunya terpapar BPA saat hamil.
Apa itu BPA? BPA atau Bisphenol A merupakan bahan kimia yang terkandung dalam plastik air kemasan dan dikenal luas dapat mengakibatkan gangguan hormonal pada orang yang meminumnya.
Padahal, ketika seorang anak telah terpapar BPA sejak masih dalam kandungan, kelak ia akan kehilangan sensitivitas atau kepekaan terhadap hormon leptin atau hormon pengendali nafsu makan.
Hal ini dipastikan dalam penelitian terbaru yang dilakukan The Endocrine Society, Washington DC. Dengan menggunakan tikus percobaan, mereka menemukan bahwa tikus yang terpapar BPA sejak masih dalam kandungan menjadi kurang begitu peka pada hormon leptin tersebut. Hormon inilah yang mengirim sinyal ke hipotalamus otak untuk menekan nafsu makan.
“Studi kami menunjukkan keberadaan BPA dapat mengubah sirkuit hipotalamik dalam otak yang mengatur perilaku makan dan keseimbangan energi dalam tubuh tikus,” jelas peneliti, Dr Alfonso Abizaid seperti dilaporkan Science Daily.
Bila paparannya sedikit saja, kekhawatiran akan munculnya risiko obesitas pada anak bisa saja tidak terbukti. Namun lain halnya jika paparannya berlangsung secara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama.
Hal ini dibuktikan peneliti dengan memberi makan tikus yang hamil dengan makanan yang mengandung BPA. Dosisnya lebih rendah dari anjuran FDA (Food and Drug Administration). Begitu anaknya lahir, peneliti menyuntikkan leptin dengan berbagai dosis kemudian mengamati jaringan otak serta sampel darah mereka untuk mengetahui respons tubuh mereka terhadap hormon tersebut.
Pembandingnya adalah tikus hamil yang tidak diberi makanan yang mengandung BPA. Terbukti, setelah beberapa lama, tikus anakan yang terpapar BPA sejak masih dalam kandungan memiliki kepadatan serat otak yang lebih rendah, begitu juga dengan aktivitas hipotalamusnya.
Meski baru sebatas pada hewan, peneliti meyakini bahwa temuan ini membantu mereka memahami dampak BPA pada sistem endokrin dan otak manusia.
Ironisnya, studi ini juga mengindikasikan bahwa paparan BPA pada populasi mencapai 90 persen, dengan kadar BPA yang terdeteksi dengan jelas di urine mereka.
BPA sendiri juga tidak hanya ditemukan di dalam kemasan air mineral, tetapi juga beragam kemasan makanan seperti kaleng atau produk rumah tangga seperti deterjen, mainan dan alat kosmetik.(ind/dethealth)