ChanelMuslim.com- Sebuah kisah menarik pernah terjadi antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan para sahabat pasca perjanjian Hudaibiyah.
Perjanjian Hudaibiyah terjadi saat rombongan umat Islam yang dipimpin Rasulullah hendak menunaikan ibadah haji ke Mekah. Perjanjian terjadi antara pihak kaum muslimin yang diwakili langsung Rasulullah. Dan dari pihak Quraisy diwakili Suhail bin Amr.
Hasil perjanjian itu di antaranya memutuskan bahwa haji tidak dilakukan tahun itu. Artinya, Rasulullah dan para sahabat diminta untuk balik lagi ke Madinah. Padahal, mereka sudah mengenakan pakaian ihram.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Miswar bin Makramah radhiyallahu ‘anhu. Ketika Rasulullah selesai melakukan perjanjian Hudaibiyah, Rasul berseru kepada para sahabat, “Bangunlah dan sembelihlah kurban-kurbanmu, lalu cukur rambut kalian.”
Demi Allah, tidak satu pun dari para sahabat Nabi yang berdiri melaksanakan perintah itu. Sekalipun perintah itu diulang tiga kali.
Setelah tidak ada satu pun yang terlihat mengikuti perintah, Nabi memasuki kemah Ummu Salamah seraya menceritakan pembangkangan ini kepadanya.
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Wahai Nabi, apakah Anda ingin mereka melakukan hal itu? Anda keluar saja dari kemah. Tidak perlu berbicara sepatah kata pun kepada siapa pun. Anda mulai saja menyembelih kurban dan minta seseorang untuk mencukur rambut Anda.”
Ketika para sahabat melihat Nabi melakukan semua itu, mereka pun berdiri, menyembelih kurban, dan saling mencukur rambut satu sama lain.
**
Para sahabat radhiyallahum ajma’in juga seorang manusia yang bisa kecewa dan khilaf. Mereka menginginkan agar Rasulullah tetap melanjutkan haji, mungkin karena sudah hampir sampai di tujuan yaitu Mekah.
Isi lain dari perjanjian, mukmin yang hijrah ke Madinah setelah perjanjian ini, harus dikembalikan lagi ke Mekah. Sementara warga Madinah yang kabur ke Mekah harus dibolehkan tetap tinggal di Mekah.
Menariknya saran dari salah seorang istri Rasul, Ummu Salamah, begitu efektif menyadarkan para sahabat dari kekeliruan mereka.
Meskipun ia seorang wanita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menganggapnya sebagai saran biasa. Dan terbukti hal itu mampu menyadarkan para sahabat yang semuanya laki-laki yang hebat, soleh, dan mujahid.
Kesadaran itu kembali hadir meskipun tanpa sepatah kata pun yang keluar dari lisan Nabi. [Mh]