ChanelMuslim.com – Bagaimana cara berpikir positif saat seluruh dunia mengatakan kamu bodoh? Pertanyaan ini seperti yang dilontarkan seorang pendidik yang memiliki murid yang dikatai bodoh.
Banyak teman murid tersebut yang menjulukinya bodoh, bahkan orang tuanya sendiri juga mengatakan ia bodoh. Bagaimana cara mengatasinya?
Masya Allah, sebagai pemerhati pendidikan dan juga motivator parenting, pasangan suami istri Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini mengapresiasi usaha guru tersebut.
Mereka pun turut mendoakan keberkahan bagi Bapak Guru dan keluarga serta usaha yang dilakukan membuahkan hasil.
Menurut Founder Komunitas Rumah Pintar Aisha itu, bisa jadi anak yang dianggap bodoh itu kelak menjadi anak yang hebat yang bermanfaat bagi banyak orang.
Insa Allah, Bapak Guru tersebut sebagai motivatornya mendapatkan pahala dari setiap kebaikan yang anak lakukan.
Baca Juga: Anak Diejek Bodoh oleh Mertua
Ada 3 hal yang perlu dikondisikan yakni diri anaknya, orang tuanya dan teman-temannya.
a. Anak itu akan menjadi sesuatu yang sering mereka dengar.
Maka dari itu, kita sebagai orang tua harus berhati-hati saat memilih kata yang akan kita ucapkan kepada anak-anak.
Seorang anak yang dijuluki tolol, bodoh, pemalu, pemalas dan sejenisnya akan terekam dalam otak bawah sadar anak lalu otak bawah sadar itu yang menjadikan anak berkarakter sesuai apa yang sering mereka dengar.
Maka dari itu, kita harus memperbanyak kata-kata yang baik agar anak-anak kita kelak menjadi anak yang baik. Kata itu adalah doa yang akan dikabulkan Allah.
Ini yang menjadi motivasi besar bagi kita untuk senantiasa berkata yang baik kepada anak, karena kata itu doa terutama bagi para ibu harus lebih berhati-hati saat berkata kepada anaknya.
Biasanya, yang menyebabkan anak menjadi bodoh itu dari kata-kata orang tuanya yang diyakini oleh anak seperti misalnya “Kamu itu anak bodoh”.
“Lihat tuh, teman-temanmu pada pinter-pinter, nggak kayak kamu”. “Mengerjakan soal seperti ini saja nggak bisa, dasar tolol”.
Selain kata-kata itu, julukan juga akan tersimpan dalam otak bawah sadarnya. Seseorang yang dijuluki tolol, bodoh, pemalu, pemalas, cengeng, penakut dan sejenisnya akan terekam dalam otak bawah sadar mereka.
Kelak saat mereka dewasa mereka akan menjadi sama persis sebagaimana julukan yang melekat sejak kecil. Lalu cerita atau dongeng yang senantiasa diceritakan sejak kecil juga akan terekam baik dalam otak bawah sadar.
Dongeng dan cerita yang membuat anak menjadi penakut, pemarah, penipu maka kelak begitulah karakter anak di kemudian hari.
Satu lagi, jika anak sering ditakut-takuti misalnya: “Jangan ke dapur nanti digigit tikus”.
“Kalau kamu nakal, Mamah akan masukan kamu ke kamar, lalu Mamah matikan lampunya dan Mamah kunci, biar kamu dimakan genderuwo”.
“Kalau kamu masih saja menangis, Mamah akan bawa kamu ke dokter biar disuntik”.
Kelak jangan heran, jika anak akan takut sekali dengan tikus, takut sendiri, takut gelap, takut dibawa ke dokter, takut disuntik dan akhirnya anak akan menjadi seorang penakut.
Itulah beberapa contoh dogma yang diinternalisasikan kepada anak-anak ketika masa kecil dulu.
Dogma yang mengkerdilkan jiwa sehingga dogma-dogma itulah yang tertanam kuat dalam otak bawah sadar mereka dan selanjutnya menjadi karakter mereka.
b. Solusinya
1) Kepada anaknya.
Anak perlu diyakinkan bahwa dia adalah anak yang pintar dan berbakat. Ada sebuah dongeng, ini saya ambil dari cerita Pak Jamil Azzaini.
Ada sebuah konferensi antar penghuni hutan karena hutan sering terbakar dan sering banjir. Dalam konferensi itu diputuskan bahwa untuk menyelamatkan diri dari kebakaran dan banjir maka penghuni hutan harus bisa berenang, terbang dan memanjat pohon.
Setelah konferensi selesai, segera diadakan pelatihan bagi para penghuni hutan agar semua hewan bisa terbang, berenang dan memanjat pohon.
Hasilnya, pada hari pertama para penghuni hutan antusias mengikuti pelatihan, hari kedua sudah mulai ada masalah, hari ketiga pelatihan kacau dan para penghuni hutan stress dan pada hari keempat pelatihan di bubarkan.
Kenapa dibubarkan, karena para penghuni hutan memiliki bakatnya masing-masing dan tidak bisa memaksakan sesuatu yang dia tidak memiliki bakat.
Begitu juga dalam mendidik anak. Setiap anak memiliki potensi yang berbeda, jangan perlakukan mereka sama. Jangan samakan antara seorang adik dan kakak, keduanya memiliki potensi yang berbeda.
Jangan bandingkan anak kita dengan anak tetangga atau anak orang lain. Mereka memiliki potensi yang berbeda-beda.
Sungguh tidak adil saat kita membandingkan mereka dengan orang lain padahal potensi yang mereka miliki berbeda.
Tak perlu membandingkan anak dengan yang lain tetapi fokuslah untuk mengembangkannya menjadi anak yang hebat. Tak perlu terpana, baper melihat anak orang lain lebih hebat, yang perlu Kita lakukan adalah fokuslah untuk menghebatkan anakmu.
Apapun yang ada dalam diri anak baik itu kelebihan dan kelemahan, ridhoi keadaannya maka kita akan ikhlas menerima keadaannya.
Saat itulah kita tidak akan membandingkannya dengan yang lain dan lebih fokus untuk mengembangkan potensinya.
Setiap anak telah dibekali potensinya masing-masing, tugas orang tua adalah menemukan apa potensinya dan mengembangkan potensi tersebut hingga anak itu hebat.
Salah satu cara untuk mengetahui bakat anak adalah dengan sering bertanya dan mengeksplor lebih dalam lagi apa saja aktivitas yang mereka sukai.
Lalu doronglah anak untuk mencoba berbagai hal. Saat anak suka terhadap sesuatu dan mereka enjoy melakukannya maka itu tandanya anak memiliki bakat di bidang itu.
Bakat anak itu seperti bibit tanaman, temukan, rawat dan kembangkan. Saya sendiri merasakan masyarakat kita itu sepertinya tidak adil.
Mereka melakukan justifikasi bahwa namanya pintar itu ya pintar matematika, biologi, kimia dan fisika. Kalau anak pintar di bidang yang lain misalnya Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Bahasa Daerah dianggap bukan anak pintar.
Apalagi jika anak pintar olah raga, jago organisasi, jago pramuka, jago PMR juga kadang dianggap bukan pintar. Padahal banyak sekali profesi-profesi yang berhubungan dengan bidang-bidang tadi.
Jadi anak pintar itu tidak dimonopoli pintar matematika, biologi, kimia dan fisika. Satu lagi, yang ingin saya sampaikan.
Setiap anak itu memiliki passion, jika passion-nya tidak cocok maka anak akan sulit menguasainya. Misalnya anak diikutkan berbagai macam kursus dari matematika, fisika, kimia padahal bakatnya tidak di bidang itu.
Jika mereka tidak memiliki passion di bidang itu maka apa yang kita lakukan percuma hanya akan membuang waktu dan biaya saja.
Saat dewasa, anak akan mencari apa yang menjadi passionnya dan akan menekuni passion tersebut.
Sekarang coba kita ingat-ingat lagi, pelajaran yang dulu kita pelajari dari kelas 1 SD sampai S1/S2. Berapa persenkah dari pelajaran itu yang kita terapkan dalam pekerjaan atau dalam kehidupan kita sehari-hari, sedikit sekali bukan.
Baiklah, pada intinya sukses itu, saat anak mampu menemukan dan mengembangkan potensinya sendiri dan setiap anak memiliki potensi yang berbeda maka jangan paksa anak untuk sama dengan yang lain.
Jadi intinya jangan membandingkan anak dengan orang lain. Fokuslah pada diri anak sendiri. Temukan bakatnya dan kembangkan bakatnya itu.
Yakinlah, siapapun dia, bagaimanapun kondisinya, Allah telah memberikan setiap hambaNya potensi agar hamba-Nya bisa eksis dalam mengarungi kehidupan ini.
Jadi, mungkin anak ini tidak bagus dalam soal-soal matematika, IPA atau mata pelajaran yang lain tetapi saya sendiri yakin ia memiliki bakat yang lain yang jarang dimiliki teman-temannya.
Coba cari bakat itu, melukiskah, mendongengkah, fotografi, olah raga, bela diri, membuat animasi, membuat cerpen atau bakat yang lain.
Dulu saat saya masih mengajar kelas 1 SMP, saya memiliki murid yang tidak cukup pandai di sekolah. Murid saya ini perempuan yang kalau jam pelajaran itu pasti tidur.
Karena keseringan tidur di sekolah, pernah saya minta ia maju ke depan kelas dan saya hukum. Saya menawarkan minta hukuman apa.
Anak ini minta hukuman bercerita. Masya Allah saat bercerita luar biasa sekali, kami seisi kelas sampai tertawa terpingkal-pingkal. Nah, di sinilah saya jadi tahu kalau bakat anak ini mendongeng.
Bakat yang Allah berikan kepadanya. Bakat yang Allah titipkan kepadanya sebagai sumber rezeki sebagai pendongeng.
Contoh lagi seorang olahragawan, berapa harta kekayaan C. Ronaldo, Messi atau Tiger Wood. Pasti triliyunan rupiah.
Mereka tidak terlalu banyak menguasai ilmu-ilmu matematika, IPA dsb tetapi tetap saja bisa menghasilkan banyak uang.
Jadi beri keyakinan anak itu, dengan bakatnya yang lain. Terus saja fokus untuk mengembangkan bakat itu kelak saat anak itu menjadi expert maka tidak ada lagi orang yang meremehkannya.
Lalu bagaimana kita mengajari anak saat ada orang yang masih saja mengatakan bodoh. Katakan pada anak itu bahwa, Allah itu Maha Adil.
Masukan dalam mindset-nya konsep Ilahi ini.
Bahwa saat ada orang lain mendzolimi termasuk juga memanggil dengan julukan yang tidak disukai, maka sebenarnya orang yang berbuat dzolim itu sedang memberikan pahala kepada kita.
Kalau nanti pahalanya sudah habis, maka dosa kita akan mereka ambil sehingga kita sebagai orang yang terdzolimi pahalanya semakin banyak dan dosanya semakin berkurang.
Seharusnya kita kasihan dengan orang-orang yang mendzolimi. Mereka akan menjadi orang yang bangkrut karena pahalanya habis dan dosanya menumpuk banyak.
Jadi setiap didzolimi, katakan alhamdulillah pahalaku bertambah dan dosaku berkurang. Lalu dorong anak ini untuk menemukan bakat dan mengembangkan bakat yang ia miliki.
2) Kepada orang tuanya.
Faktor paling dominan selain diri anak adalah orang tua maka orang tua perlu dipahamkan.
Siklus yang sekarang berjalan adalah anak bodoh -> orang tua kecewa -> Allah murka -> keluarga tidak berkah -> tidak bahagia -> anak makin bodoh.
Jadi jika tidak segera diputus siklusnya maka anak akan semakin bodoh dan benar-benar bodoh. Kunci memutus siklus anak ada pada orang tuanya.
Saat orang tua ridho maka Allah akan ridho dan anak akan menjadi baik, begini siklusnya : anak bodoh -> orang tua ridho -> Allah ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak menjadi pintar.
Baca Juga: Berpikir Selalu Positif kepada Pasangan
Cara Berpikir Positif Saat Seluruh Dunia Mengatakan Kamu Bodoh
Cara agar orang tua ridho adalah menerima anak tersebut apa adanya. Orang tua harus menerima dan mensyukuri kehadiran anak dengan segala kelebihan dan kelemahan yang anak miliki saat ini.
Kedua, orang tua kembali meyakinkan bahwa ia adalah anak yang pintar, tidak berbeda dan sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketiga, orang tua harus menggali potensi anak dan mengembangkan potensi tersebut.
Keempat, orang tua mulai saat ini harus stop mengatakan anak saya bodoh dan lebih banyak mengatakan anak saya pintar, misal “Anak yang sholeh dan pintar, ayo sholat dulu”.
“Masya Allah Ibu bangga sama Budi yang pintar membantu Ibu menyapu lantai”. “Anak pintar ayo mandi dulu”.
Kelima, orang tua bisa menerapkan terapi mendongeng dengan mendongeng tiap malam tentang sosok orang-orang yang pintar misalnya Thomas A. Edison dll.
Keenam, setiap malam menjelang tidur, orang tua bisa mengusap punggung anak atau memijit-mijik sambil terus melakukan afirmasi, “Budi anak yang pinter, gambarnya bagus sekali, Budi disukai teman-temannya, dsb”.
Terakhir dan yang paling utama adalah doa. Dalam mendidik anak, yang pertama dan utama yang harus kita lakukan adalah mendoakan mereka dengan doa yang sebaik-baiknya.
Dalam ilmu parenting, yang paling utama itu adalah doa. Letakkan doa pada urutan paling pertama bukan urutan paling akhir.
Berdoa di waktu-waktu mustajab misalnya sepertiga malam terakhir, waktu bulan ramadan, waktu sahur, waktu berbuka puasa, waktu arafah, pada hari Jumat, waktu antara adzan dan iqomah, setelah selesai sholat fardu,
waktu turun hujan, waktu sujud dan rukuk, waktu antara dua kutbah jumat, waktu mengkhatamkan Al Quran, waktu antara asar dan maghrib di hari Jumat, waktu tahiyat akhir sebelum salam dan saat sakit.
Baca Juga: Cara Memperbaiki Psikologis Anak yang Sering Dikatakan Bodoh
3) Kepada orang yang suka memanggil julukan
Guru bisa memanggil teman-temannya dan memahamkan agar teman-temannya mulai sekarang juga tidak memanggil anak tersebut dengan julukannya.
Konsep tentang manusia yang paling bangkrut karena suka mendzolimi orang lain perlu disampaikan. Katakan “Mau nanti di akhirat pahalamu habis karena suka memanggil julukan yang tidak disukai/berbuat dzolim, terus dosamu semakin banyak menumpuk?
Jika tidak mau, mulai saat ini, jangan lagi memanggil dengan julukannya, jangan memanggil dengan sesuatu yang tidak disukainya, panggilah nama yang ia sukai dan sekarang minta maaf agar dosamu terhapuskan dan jangan diulangi lagi”.
Sahabat, Ayah Bunda yang dicintai Allah, itulah beberapa cara berpikir positif saat seluruh dunia mengatakan anak kamu bodoh.
Semoga tak ada lagi yang mengatakan siapapun bodoh, apalagi kepada anak-anak, karena setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Semoga bermanfaat.[ind]