ChanelMuslim.com – Niat adalah poros agama. Sebuah perbuatan akan sangat bergantung pada niat. Begitu pentingnya niat para ulama sering kali meletakkan pada awal kitabnya hadits tentang niat:
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ” إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه ” متفق عليه
Artinya:
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim]
Baca Juga: Hukum Mengubah Niat saat Shalat
Niat Adalah Poros Agama, Seberapa Pentingkah Niat?
Dalam kitab Syarah Hadits Arba’in An-Nawawi yang ditulis oleh Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-Badr mengatakan bahwa An-Nawawi membuka hadits-hadits Arba’innya dengan hadits ini. Sejumlah ulama selainnya juga mengawali kitabnya dengan hadits ini, diantaranya:
- Imam Bukhari mengawali kitabnya Ash-Shahih dengan hadits ini.
- Abdul Ghani al-Maqdisi mengawali kitabnya Umdatul Ahkam dengan hadits ini.
- Al-Baghawi mengwali kitabna Mashabihus Sunnah dan Syarhus Sunnah dengan hadits ini.
- As-Suyuthi mengawali kitabnya Al-Jami’ Ash-Shagir dengan hadits ini.
Serta masih banyak lagi ulama yang mengawali kitabnya dengan hadits tentang niat.
Syarat diterimanya amal seseorang baik itu amal ibadah dan amal duniawi ada dua hal: Yang pertama adalah Amal tersebut haruslah tidak bertentangan dengan syariat.
Yang kedua adalah amal tersebut secara batin ditujukan kepada Allah.
Dalam hadits di atas al-A’maal (الأعمال) yang dimaksud adalah segala amalan yang tidak bertentangan dengan ketentuan Allah, baik itu amal ibadah ataupun amal secara umum.
Jika amal selain yang berkaitan dengan ibadah ditujukan untuk mendapat ridho Allah maka amal tersebut bisa bernilai ibadah. Seperti, makan dan minum karena Allah dimana seseorang mengharapkan kesehatan agar kuat dalam beribadah kepada Allah.
Niat juga untuk membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lainnya. Seperti membedakan ibadah wajib dan ibadah sunnah, membedakan ibadah wajib yang satu dengan yang lainnya, membedakan antara ibadah dan kebiasaan, contohnya membedakan mandi junub dengan mandi biasa.
Niat ini sangat penting, segala amal baik menjadi sangat berarti di sisi Allah saat diniatkan karena-Nya. Menuntut ilmu sangat berarti saat diniatkan untuk menyelami ilmu Allah dan beramal shalih.
Sebaliknya ilmu tidak akan berarti apa-apa saat diniatkan hanya untuk kebutuhan diri sendiri dan tujuan duniawai semata.
Dampak niat ini bahkan dapat mengetuk pintu surga jika Allah adalah tujuan utama dari amalan yang ia kerjakan.
Seseorang yang pergi berhijrah karena Allah akan mendapatkan tujuan dari hijrah yang ia harapkan, berbeda dengan seseorang yang berhijrah karena wanita maka ia hanya akan mendapati dalam hijrahnya itu sesuai dengan tujuannya.
Dengan niat yang kita canangkan dalam hati sebagai implementasi iman kepada Allah, sedangkan amalan yang diniatkan itu belum dikerjakan maka Allah akan tetap mencatat niat baiknya itu. [Ln]