ChanelMuslim.com- Bangsa yang beradab adalah yang menghormati agama. Apa pun agamanya, dan siapa pun yang menganutnya.
Kalau kita berjalan-jalan di kawasan wisata Hollywood, Los Angeles, Amerika Serikat; ada sebuah jalan panjang dengan trotoar lebar. Di sepanjang lantai trotoar itu terdapat cetakan gambar bintang seukuran 40 sentimeter.
Di dalam gambar bintang itu terdapat tulisan nama-nama tokoh. Ada nama presiden dan kebanyakan nama-nama artis negeri itu. Mungkin nama-nama itu sengaja diukir di situ untuk membangkitkan gairah para fans yang sedang berwisata di kawasan perfilman.
Menariknya, dari sekian banyak nama tokoh dan artis yang terdapat dalam gambar bintang itu ada satu nama yang ditulis berbeda.
Nama itu tidak ditulis dalam gambar bintang yang berada di lantai trotoar seperti yang lainnya. Tapi berada di sebuah dinding prestisius setinggi dua meter.
Siapakah nama orang istimewa itu? Namanya, Muhammad Ali. Ya, nama seorang tokoh petinju Amerika yang berkibar di tahun 80-an.
Pertanyaannya, kenapa harus nama petinju yang lebih dihormati? Padahal di antara nama-nama itu ada nama presiden seperti Ronald Reagen dan Donald Trump.
Ternyata, bukan tentang profesi dan ketokohannya nama itu begitu dihormati. Melainkan, di nama Muhammad Ali itu terdapat kata yang sangat dihormati umat Islam, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Los Angeles, kota di mana kawasan wisata itu berada, bukan kota religius. Umumnya warga di kota terpadat kedua setelah New York itu pun terbiasa dengan nuansa narkoba dan kekerasan.
Namun, penghormatan mereka terhadap agama begitu tinggi. Meskipun Islam tergolong agama yang penganutnya sangat minoritas di sana.
Bandingkan dengan negeri ini. Sembilan puluh persen bangsa ini beragama Islam. Presidennya muslim, para pejabatnya muslim, kepala-kepala daerahnya juga muslim, dan seterusnya.
Namun, selalu saja ada orang yang begitu berani melecehkan agama Islam: menghina Allah, menghina Nabi Muhammad, menghina syariat Islam, dan seterusnya. Baik itu dari kalangan pejabat maupun orang biasa. Dan yang melecehkan itu umumnya non muslim.
Bukan itu saja, sudah seperti menjadi pemandangan biasa jika para ulama yang “vokal” di negeri ini pun kerap berurusan dengan penegak hukum. Di antara mereka sudah beberapa yang dipenjara.
Pembelahan masyarakat pun kian menjadi ketika pelecehan-pelecehan itu terus terjadi. Seolah ada kubu yang pro Islam dan yang anti Islam.
Aneh bin ajaib memang. Entah siapa yang harus bertanggung jawab dengan fenomena memprihatinkan di negeri yang religius ini.
Los Angeles memberikan pelajaran tersendiri. Tentu warga di sana bukan tidak berani melakukan pelecehan terhadap agama seperti yang terjadi di negeri ini. Karena mereka terbiasa dengan dunia kriminalitas dan kekerasan.
Mereka bukan tidak berani. Tapi mereka terbiasa dengan tatanan masyarakat yang cerdas dan beradab. Karena hanya orang-orang dungu yang tidak memiliki penghormatan terhadap agama. Terlebih lagi agama mayoritas. [Mh]