ChanelMuslim.com – Presiden Turkmenistan menyerukan diakhirinya salah satu pemandangan paling terkenal di dunia tetapi mengerikan yang ada di negara itu yaitu kawah gas alam yang menyala-nyala yang secara luas disebut sebagai “Gerbang Neraka.”
Baca juga: Memesan Tiket ke Neraka
Kawah gurun yang terletak sekitar 260 kilometer (160 mil) utara ibu kota, Ashgabat, telah terbakar selama beberapa dekade dan merupakan pemandangan populer bagi sejumlah kecil turis yang datang ke Turkmenistan, sebuah negara yang sulit dimasuki oleh wisatawan.
Kawah ini merupakan objek wisata yang populer. Sejak tahun 2009, 50.000 wisatawan telah mengunjungi situs tersebut. Kawah gas ini memiliki luas total 5,350 m2. Daerah di sekitarnya juga terkenal sebagai tempat berkemah padang pasir.
Situs berita Turkmenistan Turkmenportal mengatakan, pada tahun 1971, keruntuhan pengeboran gas telah membentuk kawah, dengan diameter sekitar 60 meter (190 kaki) dengan kedalaman 20 meter (70 kaki). Untuk mencegah penyebaran gas, para ahli geologi menyalakan api, berharap gas akan habis dalam beberapa pekan.
Kawah gas ini terletak di dekat desa Derweze, yang juga dikenal sebagai Darvaza. Desa ini terletak di tengah Gurun Karakum, sekitar 260 kilometer (160 mi) sebelah utara Ashgabat, ibu kota Turkmenistan.
Cadangan gas yang ditemukan di sini adalah salah satu yang terbesar di dunia. Nama “Gerbang Neraka” diberikan oleh penduduk setempat, mengacu pada api, lumpur mendidih, dan api oranye di dalam kawah besar tersebut, yang memiliki diameter 70 meter (230 ft).Rentang titik panas tersebar di sebuah area dengan lebar 60 meter (200 ft) hingga kedalaman sekitar 20 meter (66 ft).
Kebakaran spektakuler yang tidak diinginkan tersebut telah membara sejak saat itu menjadi begitu terkenal sehingga TV pemerintah menunjukkan Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov melaju kencang di sekitarnya dengan truk off-road pada tahun 2019.
Tetapi Berdymukhamedov telah memerintahkan pemerintahnya untuk mencari cara bagaimana memadamkan api karena menurutnya api tersebut telah menyebabkan kerusakan ekologi dan mempengaruhi kesehatan orang yang tinggal di daerah itu, surat kabar negara Neitralny Turkmenistan melaporkan Sabtu kemarin.[ah/ap]