ChanelMuslim.com – Said bin Amir yang Dipercaya Umar Memimpin Syria
Ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab memecat Mu’awiyah dari jabatannya sebagai kepada daerah di Syria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya.
Dan sistem yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya, merupakan suatus sistem yang mengandung segala kewaspadaan, ketelitian dan pemikiran yang matang.
Sebabnya ialah karena ia menaruh keyakinan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan oleh setiap penguasa di tempat yang jauh sekali pun, maka yang akan ditanya oleh Allah ialah dua orang, pertama Umar dan kedua baru penguasa yang melakukan kesalahan.
Baca Juga: Belajar Mengelola Waktu dari Para Salafush Shalih
Said bin Amir yang Dipercaya Umar Memimpin Syria
Oleh sebab itu syarat-syarat yang dipergunakannya untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintahan amat berat dan ketat serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna, setajam penglihatan dan setembus pandangannya,
Di Syiria ketika itu merupakan wilayah yang modern dan besar, sementara kehidupan di sana sebelum datangnya Islam mengikuti peradaban yang silih berganti, di samping ia merupakan pusat perdagangan yang penting dan tempat yang cocok untuk bersenang-senang.
Karena itu dan disebabkan hal itu ia merupakan negeri yang penuh godaan dan rangsangan.
Maka menurut pendapat Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali seorang yang suci yang tidak dapat diperdayakan setan manapun. Seorang zahid yang gemar beribadah, yang tunduk dan patuh serta melindungi diri kepada Allah.
Tiba-tiba Umar berseru, “Saya telah menemukannya! Bawa kesini Sa’id bin ‘Amir!”
Tak lama antaranya datanglah Sa’id mendapatkan Amirul Mu’minin yang menawarkan jabatan sebagai wali kota Homs. Tetapi Sa’id menyatakan keberatannya, katanya: “Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah, wahai Amirul Mukminin.”
Dengan nada keras Umar menjawab: “Tidak, demi Allah saya tak hendak melepaskan Anda! Apakah tuan-tuan hendak membebankan amanah dan khilafah di atas pundakku, lalu tuan-tuan meninggalkan daku?”
Dalam sekejap Sa’id dapat diyakinkan. Dan memang kata-kata yang diucapkan Umar layak untuk mendapatkan hasil yang diharapkan itu.
Sungguh suatu hal yang tidak adil namanya bila mereka mengalungkan ke lehernya amanah dan jabatan sebagai khalifah, lalu mereka tinggalkan ia sebatang kara.
Bersambung… [Ln]