ChanelMuslim.com – Menyikapi Ajaran Marxisme ini dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan yang menjawab pertanyaan berikut ini.
Assalamualaikum ustadz, bagaimana sikap kita terhadap ajaran dari suatu ideologi marxisme (tidak mempunyai Tuhan/tidak percaya adanya Tuhan dan menganggap sebagai candaan) yang bertentangan dengan adat dan budaya kita?
Jawaban Ustaz Farid sebagai berikut. Sebuah paham, isme, ajaran, apa pun itu istilahnya hingga sampai menihilkan adanya Allah Ta’ala (atheis), membenci agama, adalah berada pada puncaknya kekafiran.
Sikap kita adalah jelas, menjauhi, memusuhi, dan menumpasnya sampai ke akar-akarnya. Tentu maksudnya menumpas di sini adalah dengan pemikiran pula, dengan dakwah, dengan hujjah baik naqli dan ‘aqli.
Baca Juga: Mengenal Muhammad Syahrur Penggagas Konsep Milk al-Yamin dalam Disertasi Abdul Aziz
Menyikapi Ajaran Marxisme
Imam Al Kasani Rahimahullah menjelaskan klasemen kekafiran sebagai berikut:
صِنْفٌ مِنْهُمْ يُنْكِرُونَ الصَّانِعَ أَصْلاً ، وَهُمُ الدَّهْرِيَّةُ الْمُعَطِّلَةُ .
وَصِنْفٌ مِنْهُمْ يُقِرُّونَ بِالصَّانِعِ ، وَيُنْكِرُونَتَوْحِيدَهُ ، وَهُمُ الْوَثَنِيَّةُ وَالْمَجُوسُ .
وَصِنْفٌ مِنْهُمْ يُقِرُّونَ بِالصَّانِعِ وَتَوْحِيدِهِ ، وَيُنْكِرُونَ الرِّسَالَةَ رَأْسًا ، وَهُمْ قَوْمٌ مِنَ الْفَلاَسِفَةِ .
وَصِنْفٌ مِنْهُمْ يُقِرُّونَ الصَّانِعَ وَتَوْحِيدَهُ وَالرِّسَالَةَ فِي الْجُمْلَةِ ، لَكِنَّهُمْ يُنْكِرُونَ رِسَالَةَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى
Kelompok yang mengingkari adanya pencipta, mereka adalah kaum dahriyah dan mu’aththilah (atheis).
Kelompok yang mengakui adanya pencipta, tapi mengingkari keesaanNya, mereka adalah para paganis (penyembah berhala) dan majusi.
Kelompok yang mengakui pencipta dan mengesakan-Nya, tapi mengingkari risalah kenabian yang pokok, mereka adalah kaum filsuf.
Kelompok yang mengakui adanya pencipta, mengeesakan-Nya, dan mengakui risalah-Nya secara global, tapi mengingkari risalah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka adalah Yahudi dan Nasrani.
(Imam Al Kasani, Al Bada’i Ash Shana’i, 7/102-103, lihat juga Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 8/263)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]