ChanelMuslim.com – Perlukah orangtua mencarikan jodoh? Salah satu takdir yang sudah ditentukan Allah adalah jodoh, ketika anak gadis kita sudah cukup usia menikah. Perlukah orangtua mencarikan jodoh atau jodoh itu nanti akan datang sendiri sesuai takdir Allah, mohon pencerahannya.
Pasangan motivator dari Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini menjelaskan permasalahan ini sebagai berikut. Jadi pemahaman saya tentang takdir seperti ini.
Perjalanan kehidupan manusia itu sudah ditakdirkan, dari lahir hingga meninggal sudah ada jadwal-jadwalnya. Kapan manusia mendapatkan nikmat, sudah ada jadwalnya.
Kapan manusia mendapatkan musibah juga sudah ada jadwalnya. Di usia berapa ia menikah, kapan saja ia mendapatkan rezeki, kapan saja ia mendapatkan kenikmatan atau mendapatkan musibah, tahun keberapa ia memiliki anak, semua sudah ada jadwalnya.
Jadi manusia hidup itu sudah memiliki jadwal masing-masing, kapan ia mendapatkan kenikmatan dan musibah sudah ada jadwalnya.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. Al-Hadid : 22).
“Tidak beriman (dengan sempurna) seorang hamba hingga dia mengimani al-qadar baik dan buruknya, hingga dia tahu bahwa apa yang menimpanya tidak akan meluputkannya dan bahwa apa yang luput darinya tidak akan menimpanya” (HR. At-Tirmidzi).
Baca Juga: Tips Sukses Cari Jodoh lewat Online
Mencarikan Jodoh untuk Anak
“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah shallallahu alahi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:
Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari.
Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.
Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.
Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Jadi dapat saya simpulkan bahwa kenikmatan dan musibah itu sudah Allah tentukan bagi setiap hamba-Nya.
Untuk apa Allah menetapkan nikmat dan musibah, untuk menguji hamba-Nya. Nikmat yang Allah berikan untuk menguji apakah hamba-Nya itu bersyukur atau tidak.
Musibah yang diturunkan, untuk menguji apakah hamba-Nya itu bersabar atau tidak. Tingkatkan kesyukuran dan kesabaran hamba-Nya ini akan menjadi parameter di mana level surganya nanti.
Jadi takdir manusia yang adakalanya musibah, adakalanya kenikmatan itu adalah ujian apakah hamba-Nya lebih banyak bersyukur dan bersabar atau tidak.
Kehidupan manusia itu sudah ditakdirkan, sudah ada jadwalnya kapan kita mendapatkan kebahagiaan atau kesedihan dan jadwal tersebut tepat, tidak pernah meleset dan tidak pernah salah orang.
Namun demikian, takdir yang Allah tetapkan itu bisa diupayakan untuk berubah. Takdir baik bisa berubah menjadi takdir buruk saat kita banyak melakukan dosa.
“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30).[ind]