ChanelMuslim.com- Namaku Tsabita Adzra Adiyanputri, seorang gadis berumur 12 tahun yang baru menjalani beberapa bulan di JIGSc. Di JIGSc aku memiliki banyak kenangan hingga perasaan yang berbeda-beda.
Aku, JIGSc dan Tujuh Warna Pelangi
Kau tahu tujuh warna pelangi? Kumpulan warna berbeda yang terbentuk menjadi pelangi yang menghiasi langit biru yang indah, perlahan tujuh warna itu menghiasi hatiku.
Warna dengan makna yang berbeda bagiku itu selalu bermakna indah. Kebahagiaan mempunyaii warnanya tersendiri begitu juga perasaan lainnya.
Bagiku, kisah ini akan dimulai di hari yang membuat hati serta otakku mengingatnya. Tenang saja, aku punya banyak peristiwa yang ingin kusampaikan. Karena di JIGSc tak ada kata mager.
Dari tujuh warna aku hanya menuliskan beberapa saja, kalau aku ceritakan semua warna, ini akan menjadi kisah yang panjang. So.. Let’s start this story, Now!
Merah
Tentang keberanian dan juga ambisi.
“Tsabita, ikut lomba sambung kata”,” ajak Fildza.
Fildza berdiri di lobby kaca tepat dihadapanku, jujur saja saat aku baru istirahat usai upacara 17 Agustus. Tatapan Fildza semakin serius, dimataku kau menatapku seperti ada dendam.
“Enggak ah, aku capek banget,” ucapku mencoba tersenyum.
“Masalahnya kita kurang orang,” jawab Fildza.
“Ya kan ada orang lain, kenapa harus aku?,” potongku dengan senyuman yang sudah hilang.
Saat itu Fildza pergi, aku menghela nafas beranjak pergi menuju loker yang mempunyai susasana yang damai. Memang buruk jika aku memutuskan untuk merenungkan diri disana. Tidak, bukan itu tujuanku. Aku hanya ingin mencari Haziqa.
“Ziq, Ziq,” Panggilku membuat Haziqa membalikan badan.
“Kenapa?,” tanya Haziqa yang menatapku datar.
“Jadi ikut I-cosplay?,” tanyaku sambil menarik nafas.
“Hah? I-cosplay? Bukan aku,”
Aku sedikit bingung, lantas mengajukan pertanyaan. ” Terus siapa?,”
Haziqa terdiam beberapa saat. “Fildza,” jawabnya singkat.
Tak lama disitu aku langsung berlari menghapiri ke arah lobby untuk menghampiri Fildza.
“Kamu siapain I-cosplay malam ini aja! Biar aku yang ikut sambung kata,” ucapku sambil ngos-ngosan.
Fildza terdiam sejenak. “Sambung kata udah digantiin orang lain,” jawabnya.
Ku mengatur nafasku sejenak. Lanjut usulan dari Fildza. “Mendingan kamu dan yang lain bantuin aku buat siapin kostum, mau?”
Aku mengangguk lantas bersiap membawa alat serta bahan yang dibutuhkan, rasanya singkat dan tak percaya Sebuah keputusan singkat yang diputuskan saat itu juga.
“Ternyata aku akan presentasi di depan banyak orang?,”
Saat itu aku berdiri menatap Fildza yang sudah memakai kostum tradisional khas Papua dengan origami sedang mengatur gerakan untuk diperagakan.
Mulutku terus bergerak menghapalkan teks presentasi yang kurangkai sendiri. Dan yang paling menegangkan aku tampil pertama, jantungku berdegup kencang berjalan beriringan dengan lau tradisonal Papua dan tak lama dari itu Fildza memasuki area tampil.
Siapa sangka malam itu berjalan lancar, walau tak juara rasanya ini akan membekas dibebakku dalam jangka yang lama.
Kuning
Tentang rasa kebahagiaan dan keceriaan, ini singkat namun rasanya tak bisa terlupakan. Aku tersenyum memperhatikan pelajaran terakhir itu. Lantas satu pengumuman membuat senyumku semakin mengembang.
“Sore ini ada ekskul Jurnaistik ya!”
Aku kegirangan sedangkan yang lainnya hanya menatapku kebingungan. Pada dasarnya, setiap orang memiliki banyak talenta dan passion hidup dalam dirinya.
Ketika talenta dan passion itu bisa bergabung menjadi satu kesatuan, kita bisa mendapatkan sebuah kemampuan yang maksimal dalam hidup, terutama dalam hal belajar.
hari itu hari Rabu, entah tanggal berapa tapi rasa senangku bergejolak karena hari itu. Dengan hati gembira aku mempersiapkan segala yang diperllukan saat pelatihan jurnalistik.
Sore itu, ku perhatikan seksama pelajaran jurnalistik pertama disini, rasanya ilmu jurnalistikku saat di bangku sekolah dasar dulu tak tersiakan.
Mungkin bagi orang lain ini adalah kisah bahagia yang aneh, tapi bagiku bahagia itu sederhana dan kebahagian orang itu selalu berbada. Terima kasi JIGSc telah mengadakan ekskul jurnalistik.
Biru
Tentang kesedihan yang terkadang datang begitu saja.
“Baju Senin? Dimana?,”
Aku terkejut ketika melihat liker tanpa adanya baju senin yang tergantung. Lebih parah lagi besok seragam itu dipakai. Aku beranjak menuju laundry mancari baju tersebut.
Di JIGSc aku diajkarkan untuk jadi anak yang mandiri, bertaggung jawab atas diri sendiri. Setelah aku mencari dan bertanya sani sini akhirnya aku menemukan baju itu. Rasanya ini tetap momen kenangan terburuk dan membuatlu sedih namun kujadikan pelajaran dari setiap kejadian.
Baca Juga : Masterchef (Chapter 1: Aneh)
Putih
Terakhir putih, makna yang penuh harap yang ingin terkabulkan. Aku selalu melihat langit tipis JIGSc penuh harap dan doa. Aku selalu berdoa dan harapan itu seakan menghiasi indahnya langit sore, dan kuharap akan terkabul.
Setiap peristiwa akan selalu mewarnai kehidupan. Sebab hidup di dunia tak selamanya membawa kebahagiaan. Kadang ada luka, sakit, sedih, yang datang silih berganti sebagai bagian dari kehidupan.
Tapi itu bukanlah alasan untuk menjadi manusia yang lemah dan selalu putus asa. Memang pada dasarnya tidak semua orang akan menyadari makna dibalik semua hal itu. padahal ada banyak pelajaran penting yang bisa dipetik dari semua hal yang tidak menyenangkan tersebut.
Terima kasih JIGSc atas kenangan yang kalian berikan, mungkin semua akan terekam untuk selamanya.
Ditulis oleh Tsabita Adzra, santri kelas 1 SMP Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)