ChanelMuslim.com – Sa’ad yang Selalu Mementingkan Musyawarah
Saat telah sampai di Qadisiyah, sementara seluruh tentara dan rakyat Persia berhimpun, sesuatu hal yang tak pernah mereka lakukan selama ini. Kendali pimpinannya dipegang oleh penglima yang ulung dan paling terkenal, yaitu Rustum.
Sebagai balasan surat dari Sa’ad yang baru dikirimnya, Amirul Mukminin menulis:
“Sekali-kali janganlah anda gentar mendengar berita dan persiapan mereka! bermohonlah kepada Allah dan tawakkalah kepadanya! Dan kirimlah sebagai utusan, orang-orang yang cerdas dan tabah untuk menyeru mereka ke jalan Allah! Dan tulislah surat kepadaku setiap hari!”
Baca Kisah Sebelumnya: http://Panji-Panji Qadisiyah di Tangan Sa’ad bin Abi Waqqash
Sa’ad yang Selalu Mementingkan Musyawarah
Kembali Sa’ad mengirim surat kepada Amirul Mu’minin, menyampaikan bahwa Rustum telah menduduki Sabath dengan mengerahkan pasukan gajah dan berkudanya, dan mulai bergerak menuju Kaum Muslimin.
Balasan dari Umar datang yang isinya memberi petunjuk dan menabahkan hati Sa’ad.
Sa’ad bin Abi Waqqash seorang anggota pasukan berkuda yang ulung dan gagah berani, paman Rasulullah dan termasuk golongan yang mula pertama masuk Islam.
Pahlawan dari berbagai perjuangan bersenjata, pancungan dan panahnya yang tak pernah melesat, sekarang tampil mengepalai tentaranya dalam menghadapi salah satu peperangan terbesar dalam sejarah, tak ubahnya bagi seorang prajurit biasa!
Baik kekuatan maupun kedudukannya sebagai pemimpin, tidak mampu mempengaruhi dan memperdayakan dirinya untuk mengandalkan pendapatnya semata.
Tetapi ia selalu menghubungi Amirul Mukminin di Madinah yang jaraknya demikian jauh, dengan mengirimnya sepucuk surat tiap hari untuk bermusyawarah dan bertukar pendapat, padahal pertempuran besar itu telah hampir berkecamuk.
Sebabnya tidak lain, ialah karena Sa’ad maklum bahwa di Madinah, Umar tidaklah mengemukakan pendapatnya semata atau mengambil keputusan seorang diri, tetapi tentulah ia akan bermusyawarah dengan orang-orang di sekelilingnya dan dengan shahabat-shahabat utama Rasulullah.
Dan bagaimana juga gawatnya suasana perang, Sa’ad tak hendak kehilangan barakah dan manfaatnya musyawarah, baik bagi dirinya maupun bagi tentaranya, apalagi ia tahu benar bahwa di pusat komando itu pimpinannya langsung dipegang Umar al-Faruk, pembangkit ilham atau inspirasi agung.
Bersambung… [Ln]