ChanelMuslim.com – Masterchef (Chapter 2: Pelarian)
Setelah kurang lebih 1 jam aku mendengar anak itu berbicara. Oh ya sekarang aku sudah tahu namanya.
Dia adalah Joanna salah satu pendatang yang akhirnya betah dan dia bilang sempat tidak mau kembali ke keluarga aslinya.
Wah, jujur saja aku sekarang menjadi penasaran tentang dunia yang aku anggap aneh ini dan bernama Chefland.
Sehabis mendengar penjelasan Joanna pun aku masih bingung, tapi dengan itu pun aku jadi bisa merencanakan diriku untuk melakukan pelarian yang keberhasilannya kuragukan 70%.
Baca Cerita Sebelumnya: http://Masterchef (Chapter 1: Aneh)
Masterchef (Chapter 2: Pelarian)
Kenapa ragu? Joanna bilang dulu pernah mencoba kabur tapi Mastergate mempunyai penjagaan yang sangat ketat dan dia bilang kalau mau keluar dengan bebas ada syaratnya, yaitu harus menjadi Masterchef dalam seminggu.
Ingin rasanya bilang ini hanya mimpi tapi semuanya terasa nyata.
Sepertinya daripada memikirikan pelarian, lebih baik memikirkan bagaimana cara menjadi Masterchef dalam satu minggu.
Oh iya, kata Joanna seminggu disini sama dengan satu jam di bumi.
Okay, aku memutuskan untuk mengelilingi Cheflan dan berkenalan dengan lebih banyak orang. Akupun berjalan keluar kamarku dan menelusuri lorong asrama pendatang ini.
Langkahku terhenti ketika mendengar suara keributan di belakangku. Saat aku berbalik, aku melihat dua laki-laki yang terlihat seperti anak kembar dan seumuran denganku.
Pandangan kamupun bertemu dan mereka langsung memperkenalkan diri.
“Hai! namaku Damian. Nama kamu siapa?” kata lelaki bernama Damian dengan penuh percaya diri.
“Hai lebih baik kita minta maaf karena sudah berisik. Oh iya namaku Demian” kata kembarannya.
“Oh tidak apa-apa, namaku Maya. Hmm boleh antarkan aku ke ruang Master?”
“Okay Maya, aku akan mengantarkanmu!”
Setelah diantar oleh dua orang itu, ternyata Master hanya akan datang saat ujian penentuan mingguan.
Aku yang mendengarnya langsung bertanya, ‘apa ada jalan lain?’
Kata orang disana lebih baik aku fokus belajar memasak satu menu supaya lulus saat ujian penentuan.
Dari situ aku mulai mencari resep nasi goreng terbaik, hitung-hitung bantu teman kelompok.
Bersambung…
Ditulis oleh Ghaisani Hanifah, santri kelas 1 SMA Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc). [Ln]