ChanelMuslim.com – Tulisan Branded vs Unbranded ini merupakan bagian ketiga dari tulisan Irene Radjiman dalam Chanel Telegramnya dengan nama yang sama. Dalam pembuka tulisannya, ia menampilkan gambar artis pemeran film Harry Potter, Emma Watson, dengan caption-nya:
“Wearing unbranded and cheap clothes doesn’t mean you’re poor. Remember: you have a family to feed. Not a community to impress.”
Berikut kelanjutan tulisannya.
Almarhumah Ibu saya juga seorang pebisnis. Beliau pernah ngomong begini ke kakak saya
“Jangan berbisnis dengan orang miskin. Orang miskin jangan dibisnisin, sedekahin aja. Tapi berbisnislah dengan orang kaya, kalau perlu yang di atas rata-rata.
“Juallah produk yang mereka suka, sebab orang di level ini rela membayar dengan harga tinggi karena mereka suka, bukan karena mereka butuh.
“Walau kuantitas mereka tidak banyak, namun mereka sanggup membeli produk dalam jumlah banyak.”
Jadi untuk masuk ke kelas orang-orang yang sanggup membeli dalam jumlah banyak itu, tidak bisa cuma pakai daster, atau kaos oblong, terus bawa kantong kresek. Bagaimana mau membangun TRUST, kalau yang kita tampilkan seperti itu?
Baca Juga: Tips Mengetahui Tas Branded Asli Atau Palsu
Branded vs Unbranded (Bagian 3-selesai)
Kembali lagi pada ucapan Emma Watson di dalam gambar. Sebenarnya yang dia maksud adalah golongan orang-orang yang memaksakan diri di luar kesanggupannya dan tidak pada tempatnya.
Bahasa simpelnya orang yang pura-pura kaya. Daripada pura-pura kaya mending tampil apa adanya. Tidak salah kok tampil apa adanya sesuai kesanggupan.
Daaaannn, Emma Watson itu tidak ngomong kalau orang yang tidak pernah pakai barang branded itu lebih baik dari yang pakai barang branded, tidak ngomong gitu lho yaaa. Jadi berhenti menggunakan statement Emma Watson untuk mengomentari mereka yang selalu memakai barang branded. Jiwa Sultan saya jadi tersinggung nih (bercanda).
Tulisan yang panjang bererot ini akan saya kunci dengan sebuah pemikiran.
Kita ini diperintah untuk bertakwa dengan sebaik-baiknya takwa. Bukan diperintah untuk tidak membeli barang branded.
Mana yang lebih baik, orang miskin yang bertakwa atau orang kaya yang bertakwa? Insyaa Allah keduanya sama baiknya. Insyaa Allah keduanya sama-sama menjadi penghuni surga.
Namun mana yang bisa berbuat lebih banyak untuk ummat? Jelas orang kaya yang bertakwa. Si miskin bertakwa bisa bantu doa, namun si kaya bertakwa bukan hanya sekadar doa, namun mampu berbuat lebih untuk itu.
Abdurrahman bin Auf itu tidak bisa sedekah unta setiap hari kalau dia bukan orang kaya. Ustman bin Affan itu sedekah jariyahnya dikelola pemerintah Saudi Arabia sampai sekarang.
Bisa googling soal ini kalau mau tahu. Ustman tidak akan bisa begini kalau tidak kaya.
Tapi coba lihat kisah Abdurahman bin Auf dan Ustman bin Affan, bagaimana gaya hidup para sahabat nabi yang rata-rata orang kaya itu? Gaya hidup mereka sederhana.
Ustman bin Affan seringkali ditunjuk nabi sebagai negosiator. Saat menjadi negosiator, beliau tidak berpenampilan asal-asalan.
Saat negosiasi dengan Yahudi glamour, kalau penampilan Ustman asal-asalan, bagaimana citra Islam di mata kafir? Namun saat di rumah, gaya hidupnya sederhana.
Mampu membeli banyak makanan, namun tetap makan sesuai yang dibutuhkan saja. Mampu membeli kuda banyak, namun hanya menyediakan sesuai kebutuhan saja.
Kecuali untuk perang melawan kafir, beliau bisa sumbangkan ratusan unta, ratusan kuda, dan ratusan pedang.
Rasulullah sendiri memiliki 9 pedang dan semua pedang itu adalah pedang terbaik. Apakah Rasulullah glamour? Apakah Rasulullah berperang sekaligus untuk pamer pedang?
Jadi gunakan sesuatu pada tempatnya. Tidak masalah barangmu branded ataupun tidak, yang terpenting adalah hidupmu bisa bermanfaat untuk ummat.
Baca Juga: Tiga Cara Atur Duit Ala Orang Kaya
Patahkan Doktrin
Dulu otak saya sering didoktrin begini oleh ayah saya.
1. Coba lihat pembantu kita agamanya apa?
2. Coba lihat buruh tani di ladang kita agamanya apa?
3. Tuh yang ngutang tidak mau bayar, agamanya apa?
4. Rumah ibadah yang banyak malingnya, sampai sandal aja dimaling, rumah ibadah siapa?
Jangan marah. Itulah cermin Islam di negeri kita. Miskin, kuno, kaku, terbelakang. Padahal Islam itu bermartabat dan modern.
Tapi karena ummatnya, mentalnya banyak yang mental miskin, mental pembantu, jadilah citra Islam seperti apa kata ayah saya itu. Karena saya selalu ingat itu. Maka saya akan patahkan doktrin itu.
1. Saya harus bisa masuk di kelas atas untuk mengenalkan Islam, lewat gaya hidup mereka.
2. Berbisnis dengan mereka untuk ummat.
3. Alihkan uang mereka di jalan Allah.
Saat ini, tim kami baru bisa melakukan kegiatan kemanusiaan menggunakan mobil Luxio. Doakan kami bisa melakukan kegiatan kemanusiaan (mengantar orang sakit, ngajak jalan anak yatim, dakwah, dll) dengan mobil yang lebih mewah lagi.
Bukan untuk pamer, tapi untuk membuat mereka merasa berharga, dan menunjukkan bahwa orang Islam itu banyak yang kaya.
Mohon maaf kepanjangan, semoga bermanfaat. Barokallahu fiikum.[ind]