ChanelMuslim.com- Seperti beli kucing dalam karung. Itulah kritikan yang kadang dilontarkan mereka yang kontra dengan ta’aruf Islami sebagai bagian dari proses pernikahan.
Sejumlah kalangan ada yang menyimpulkan dangkal tentang ta’aruf Islami: seperti beli kucing dalam karung. Artinya, proses yang mengecewakan.
Kenapa? Karena sejumlah kasus selebritas mengalami hal yang mirip itu. Proses nikahnya tanpa pacaran. Mereka melakukan ta’aruf Islami dan akhirnya menikah.
Namun, baru hitungan bulan menikah, salah satu dari pasangan itu merasa kecewa. Dan akhirnya, keduanya memutuskan untuk cerai.
Karena mereka kaum selebritas, apa yang mereka alami pun akhirnya diketahui banyak orang. Dan orang-orang pun ikut nimbrung soal ta’aruf Islami itu.
Yang repot, kesimpulan nimbrung itu. Bahwa proses nikah dengan ta’aruf Islami itu seperti beli kucing dalam karung.
Sebagian kalangan ada yang tetap istiqamah dengan proses nikah melalui ta’aruf Islami. Tapi sebagian lain ada yang “back to nature”, alias balik ke zaman jahiliyah.
Anggapan bahwa proses menikah dengan ta’aruf Islami sebagai mirip beli kucing dalam karung itu salah besar. Cara ini merupakan petunjuk dari Allah dan RasulNya. Jadi, tak mungkin keliru.
Proses ini pun bukan hal baru. Sudah dilakukan sejak masa Nabi masih hidup. Dilanjutkan lagi oleh generasi sahabat, dan salafus saleh. Terus, hingga generasi saat ini yang tetap menjaga keluhuran syariat Islam.
Dari sekian generasi itu, umumnya tidak bermasalah. Kalau pun ada, mungkin sangat minim di banding dengan yang sukses. Jadi, tidak bisa digeneralisir seperti itu.
Coba bandingkan dengan yang pacaran. Apa mereka tidak bermasalah? Sebaliknya, yang tidak bermasalah itu justru sangat sedikit.
Jangan heran jika kaum selebritas yang nikah dengan pacaran suka gonta-ganti pasangan. Sebulan nikah, esoknya cerai. Nikah lagi, cerai lagi. Dan seterusnya.
Boleh jadi, bukan ta’aruf Islaminya yang salah. Tapi, oknumnya yang perlu diluruskan. Diluruskan niatnya untuk menikah, belum baik proses hijrahnya, dan seterusnya.
Kedua, tak ada manusia yang sempurna. Meskipun ia sudah lama berhijrah. Ketika Allah takdirkan itu sebagai jodoh kita, harus disikapi dengan dewasa.
Yaitu, berusaha keras untuk ikut memperbaiki bukan malah memvonis dan menjauhi. Dan itulah ujian lain sebagai pengantin baru. Kecuali, sifat dan sikap yang mendasar seperti fasik, musyrik, dan sejenisnya.
Tapi kalau hanya soal cocok nggak cocok, semua pernikahan akan mengalami hal ini. Di situlah amal saleh dalam berpasangan. Yaitu, saling menasihat dan saling bersabar dengan kekurangan.
Jadi, jangan pukul rata kalau proses ta’aruf Islami itu bermasalah semua. Urai dulu di mana masalahnya. Kalau memang ada yang masih kurang di prosesnya, perbaiki lagi prosesnya.
Yang penting, tetap dalam koridor proses menikah yang Islami. Dan hanya dengan cara yang Islami inilah, akan ada keberkahan. Dunia dan akhirat. [Mh]