ChanelMuslim.com – Abu Dzar Al-Ghifari datang ke Mekkah terhuyung-huyung letih tetapi matanya bersinar bahagia.
Memang, sulitnya perjalanan dan panasnya udara padang pasir telah menyengat badannya dengan rasa sakit dan lelahm tetapi tujuan yang hendak dicapainya telah meringankan penderitaannya dan meniupkan semangat serta rasa gembiranya.
Ia memasuki kota dengan menyamar. Seolah-olah ia seorang yang hendak melakukan thawaf keliling berhala-berhala besar di Ka’bah.
Baca Juga: Allah Memberi Hidayah sesuai Semangatnya
Penyamaran Abu Dzar dalam Menjemput Hidayah
Atau seolah-olah musafir yang tersesat dalam perjalanan atau lebih tepat orang yang telah menempuh jarak amat jauh, yang memerlukan istirahat dan menambah perbekalan.
Padahal seandainya orang-orang Mekkah mengetahui bahwa kedatangannya itu untuk menemui Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendengar keterangannya, pastilah mereka akan membunuhnya.
Tetapi tak peduli akan dibunuh, asal saja setelah melintasi padang pasir luas, ia dapat menjumpai laki-laki yang dicarinya dan menyatakan iman kepadanya.
Kebenaran dan dakwahnya yang diberikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dapat memuaskan hatinya.
Ia terus melangkah sambil memasang teliang, dan setiap didengarnya orang membicarakan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ia pun mendekat dan menyimak dengan hati-hati.
Hingga dari cerita yang tersebar di sana-sini, diperolehnya petunjuk yang dapat menunjukkan tempat persembunyian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mempertemukannya dengan beliau.
Di pagi suatu hari, ia pergi ke tempat itu. Didapatinya Muhammad sedang duduk seorang diri. Didekatinya Rasulullah, katanya: “Selamat pagi, wahai kawan sebangsa!”
“Alaikus salam, wahai sahabat,” ujar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kata Abu Dzar, “Bacakanlah kepadaku hasil gubahan anda!”
“Ia bukan sya’ir hingga dapat digubah, tetapi adalah Quran yang mulia!” ujar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Bacakanlah kalau begitu!” kata Abu Dzar pula.
Maka dibacakanlah oleh Rasulullah, sedangkan Abu Dzar mendengarkan dengan penuh perhatian, hingga tidak berselang lama iapun berseru: “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh”
Bersambung…