ChanelMuslim.com- Indonesia negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Penduduknya dikenal dunia begitu ramah, suka bergotong royong, senang dengan persatuan, dan sangat menghormati perbedaan.
Kalau dunia ingin melihat inklusivitas, toleransi, dan keramahan yang tulus, lihatlah warga Indonesia. Meski terpisah dalam jarak dan perbedaan, tapi tetap bersatu dalam entitas keindonesiaan.
Pada Ahad lalu, sebuah peristiwa tidak terpuji terjadi. Seorang pelawak atau comedian yang tak perlu disebutkan namanya melontarkan kalimat yang “menusuk” hati umat Islam. Videonya viral dan memunculkan keprihatinan mendalam umat Islam.
Peristiwa itu sepertinya terjadi di sebuah panggung hiburan. Seperti di sebuah diskotik atau semacamnya.
Namun, kenapa sang pelawak yang juga beragama Islam begitu enteng melontarkan kata-kata yang dianggapnya lucu dengan melecehkan kerudung dan nama seorang ulama.
Artikel ini tidak bermaksud mengungkit apalagi mengompori suasana yang sudah panas. Tapi sekadar mengangkat sebuah fenomena memprihatinkan di ujung panggung hiburan sana.
Syukurnya, sang pelawak sudah meminta maaf dan mengakui kekhilafannya. Ia juga minta dipertemukan dengan keluarga besar sang ulama untuk menyampaikan langsung permintaan maafnya.
Rasanya masih hangat publik dikejutkan dengan sosok Kace yang begitu bangga menghina Islam dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melalui media sosial. Ia sudah ditangkap. Tapi luka umat Islam mungkin masih membekas.
Fenomena ini, sekali lagi, menjadi sebuah pertanyaan tersendiri. Kenapa orang begitu mudah mempertontonkan ke publik bahwa ia sedang menghina Islam, agama yang dianut mayoritas bangsa ini.
Bukankah melecehkan nilai yang dianut sebagian besar warga sebuah negara sama saja dengan melecehkan bangsa dan negara itu sendiri. Terlebih lagi dilakukan oleh warga itu sendiri. Itu artinya dia sedang melecehkan dan sekaligus melemahkan bangsa dan negaranya sendiri.
Apa yang salah dengan Islam dan para ulama? Kenapa melecehkan hal itu seolah seperti trend baru saat ini. Apa tidak ada bahasan lain yang menarik untuk dikemukakan. Apa tidak ada bahan lelucon lain yang pas untuk ditertawakan.
Semoga bangsa ini tidak seperti tumpukan besar jerami kering yang rawan percikan api.
Indonesia adalah fenomena lain dari sebuah komunitas besar umat Islam yang terikat dalam satu bangsa dan negara. Ciri keislaman sudah menjadi ciri keindonesiaan itu sendiri.
Semoga pintu maaf selalu terbuka lebar untuk siapa pun yang masih kerdil memahami nilai-nilai sakral dalam bangsa ini. [Mh]