ChanelMuslim.com – Tentu tidak asing bagi umat Islam dengan rukun Islam. Bahkan menjadi wajib untuk kita ketahui sebagai Muslim. Hingga saat ini sudah sejauh mana kamu memahaminya?
Haji Agus Salim pernah menyampaikan kuliah lisan mengenai agama Islam di Cornell University pada Semester Musim Semi 1953. Salah satu materi yang pernah ia sampaikan adalah rukun Islam.
Dihadapan mahasiswa non-muslim Haji Agus Salim menjelaskan rukun Islam merujuk langsung pada sumber aslinya. Ia juga memberikan pemahaman yang jelas dan nyata agar mudah dipahami pihak non-muslim.
Rukun Islam yang selama ini kita fahami adalah kewajiban ibadah yang harus dipenuhi atau dilaksanakan. Namun lebih jauh lagi, kewajiban disini bisa disebut dengan ‘fardhu‘ yang memiliki arti jatah atau bagian.
Jatah atau bagian ini adalah sesuatu yang kita butuhkan, artinya dalam kaitannya dengan rukun Islam merupakan kebutuhan kita. Ibadah bukan sesuatu yang diperlukan oleh Allah namun sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Baca Juga: Hadits Arbain 3 : Rukun Islam
Sejauh Mana Kamu Memahami Rukun Islam? (1)
Mari kita rinci kebutuhan manusia yang berjumlah lima ini:
Yang pertama, syahadat
Memiliki arti kesaksian namun lebih jauh sebagai kebutuhan manusia untuk menyucikan ruh dan jiwanya dari penyembahan selain Allah dan penetapan keyakinannya bahwa hanya Allahlah satu-satunya Tuhan yang pantas disembah.
Menurut Haji Agus Salim penyucian ini disertai pula dengan penyucian anggota tubuh kita sebanyak lima kali sehari yang terdiri dari anggota-anggota tubuh pada wudhu.
Yang ke dua, shalat lima kali sehari
Waktu shalat ditentukan dengan gerak matahari di langit di atas kita. Mualai dari subuh yaitu sebelum fajar hingga isya’ saat matahari telah kembali turun sepenuhnya.
Haji Agus Salim dalam kuliahnya memaparkan pula pandangan modern bahwa waktu shalat yang lima ini disesuaikan dengan jadwal pembagian kegiatan kita sehari-hari.
Ketika kita hendak mulai kegiatan pada hari baru, kita menyisihkan waktu sejenak untuk tegak menghadap Allah. Saat istirahat di pertengahan siang, setelah letih dari berbagai kegiatan kita kembali menyisihkan sejenak waktu untuk memusatkan pikiran dan jiwa kita kepada Allah guna mengesampingkan segala resah dan letih tadi.
Begitu seterusnya di penghujung hari, kita melaksanakan shalat isya’, dimana segala aktivitas yang melelahkan seharunya telah berakhir. Kita menghadapkan wajah kepada Allah kembali.
Bersambung… [Ln]