GANGGUAN pencernaan pada bayi yang tidak tertangani dapat mengganggu tumbuh kembangnya, apalagi jika terjadi pada masa 1.000 hari pertamanya.
Pasalnya, asupan nutrisi yang seharusnya didapatkan tidak terserap optimal sehingga memberikan dampak buruk pada tubuh bayi padahal 1.000 hari pertama adalah periode emas perkembangan anak yang harus dimaksimalkan.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi dr. Frieda Handayani Sp.A (K) menyebut, anak rentan mengalami gangguan saluran cerna karena organ tubuhnya belum berfungsi sempurna.
“Sampai anak usia dua tahun masih ada lapisan mukosa atau selaput lendir yang masih jarang dan ada jarak, jadi bisa masuk hal-hal lain,” kata dr. Frieda, Rabu (13/10) dikutip dari Kompas.
Dalam seminar digital bertema “Gejala Alergi Saluran Cerna Vs Gangguan Saluran Cerna Fungsional: Cara Membedakannya”, dr. Frieda menjelaskan, dua jenis gangguan saluran cerna yang kerap terjadi pada bayi adalah alergi susu sapi (ASS) dan gangguan saluran cerna fungsional alias functional gastrointestinal disorder (FGID).
ASS dipicu konsumsi susu sapi atau produk olahannya, sementara FGID cenderung lebih rumit dan saling berinteraksi.
Baca Juga: 7 Gangguan Pencernaan Sering Terjadi pada Anak
Bun, Yuk Kenali Gangguan Pencernaan pada 1.000 Hari Pertama Bayi
FGID adalah gejala saluran cerna yang tidak dapat dijelaskan baik secara struktur maupun biokimia.
Hal ini bisa terjadi secara kronis atau dalam jangka panjang, maupun rekuren yakni dialami berulang kali.
Faktor lain yang menyebabkan gangguan saluran cerna ini adalah biologis, psikososial, lingkungan, maupun budaya.
Selain itu, Frieda mengatakan, gejala FGID bisa bervariasi mulai dari kolik, gumoh hingga konstipasi.
Ketiganya bisa terjadi dalam rentang usia yang berbeda-beda dengan gejala yang berlainan pula.
Kolik, misalnya, terjadi apabila bayi berperilaku tidak tenang, rewel dan menangis dalam waktu lama dengan alasan yang tidak jelas.
Meskipun tergolong akan sembuh dengan sendirinya ketika anak usia 3-4 bulan, kolik dapat memperlambat tumbuh kembang bayi.
Sedangkan gumoh terjadi karena fungsi motilitas saluran cerna bayi belum sempurna sehingga susu keluar dari mulutnya.
Gumoh jelas berbeda dengan muntah, kata Frieda, karena bayi cenderung tidak rewel dan tetap aktif.
Selain itu, ada pula gejala FGID berupa konstipasi alias kesulitan BAB dalam kurun waktu tertentu.
Hal ini bisa disebabkan saluran cerna yang belum matang atau gangguan organ lain yang harus diperiksakan.
Baca Juga: 4 Cara Detoks Tubuh agar Pencernaan Lebih Sehat
Penting mengenali perbedaan gangguan saluran cerna pada anak
Sayangnya, banyak orangtua sulit membedakan penyebab gangguan saluran cerna yang dialami anaknya.
Orangtua kerap gagal mendeteksi gejalanya untuk mengetahui apakah hal tersebut disebabkan gangguan fungsional atau merupakan manifestasi alergi.
“Padahal, penting sekali untuk dapat mengenali penyebab gangguan saluran cerna tersebut karena membutuhkan penanganan yang berbeda”, papar Frieda.
Perbedaan yang jelas misalnya, gejala ASS umumnya disertai dengan gejala alergi lainnya yang terjadi pada kulit ataupun saluran pernapasan.
Keluhannya termasuk kulit membengkak, kemerahan, dan hidung berair.
Di sisi lain, gejala ASS di saluran cerna kerap disalahartikan sebagai FGID. Untuk memastikannya, Frieda menyarankan orangtua lebih jeli memerhatikan gejala pada anak. Bisa pula segera berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kondisi anak.
Kondisinya bisa dianggap rawan apabila anak mengalami muntah darah, masalah makan, gangguan organ, dan berat badan atau tinggi badan tidak sesuai kurva pertumbuhan.
FGID maupun ASS bisa berdampak buruk pada anak baik dalam tumbuh kembangnya maupun kualitas hidupnya.[ind]