ChanelMuslim.com – Ada lagu jadul dari grup musik Bimbo yang menceritakan hal ini: “Bermata Tapi Tak Melihat”. Ayat tadi bukan tentang orang yang buta. Orang yang kedua mata, atau kedua bola matanya tidak berfungsi. Bukan itu.
Oleh: Heru Wibowo
Secara filosofis, “ayat” adalah pandangan pemersatu Al-Qur’an tentang realitas (the Quran’s unifying view of reality).
Artinya, kita harus selalu berkonsultasi dengan Al-Qur’an dalam memandang realitas. Karena Al-Qur’an adalah kitab yang mempersatukan semua pandangan tentang realitas.
Dalam pandangan Islam, ada dua dimensi dari realitas. Yakni realitas yang terlihat _(seen reality)_ dan realitas yang tak terlihat (unseen reality).
Contohnya adalah kita sendiri sebagai manusia. Ada realitas yang terlihat oleh kita, yaitu tubuh kita secara fisik. Tapi ada juga ruuh yang Allah letakkan di dalam diri kita, yang merupakan realitas tak terlihat.
Kata heart dalam bahasa Inggris bisa punya dua makna dalam bahasa Indonesia. Maknanya bisa “jantung”, bisa pula “hati”.
Ketika kita mendengar istilah heart rate, maka yang dimaksud adalah detak jantung, yang termasuk realitas yang terlihat. Karena tubuh kita bisa dibedah dan ditemukan “jantung” secara fisik di dalamnya.
Ketika kita mendengar kata-kata unbreak my heart, maka yang dimaksud adalah “jangan sakiti hatiku”, di mana “hati” di sini termasuk realitas yang tak terlihat.
Hati yang tak terlihat ini bisa menjadi keras (the heart becomes hard) seperti batu. Ini bukanlah sesuatu yang bersifat fisik. Itu adalah sesuatu yang tak terlihat.
“Dia itu memang parah! Disuruh pakai masker nggak mau! Hatinya sudah mengeras, dia! Sekarang dia terkena Covid-19. Sekarang dia merasakan akibatnya.”
Kita tidak bisa lantas mencoba melacak di mana letak hatinya, lalu merabanya, untuk memeriksa apakah benar hatinya “keras” atau tidak. Ini adalah realitas yang tak terlihat.
Ya, “realitas” karena kita bisa melihat dengan mata kepala kita sendiri, perilaku dari orang yang hatinya mengeras. Tapi “hati yang keras” itu tidak bisa kita lihat.
Ada realitas yang terlihat (seen reality), dan ada realitas yang tak terlihat (unseen reality).
Mirip dengan itu, kita punya kedua bola mata ini. Ada realitas yang terlihat oleh kedua mata kita. Melalui dua mata ini, kita bisa melihat realitas fisik.
Tapi ada realitas yang tak terlihat oleh kedua bola mata kita. Maka Allah menyatakan, lahum a’yunun laa yubshiruuna bihaa. (QS Al-A’raf, 7: 179)
Baca Juga: Masya Allah, Jawaban Anak-Anak Palestina Kenapa Bermata Biru Jauh Diluar Dugaan
Bermata Tapi Tak Melihat
Mereka punya mata, tapi mereka tidak bisa melihatnya dengan kedua mata itu. Ada lagu jadul dari grup musik Bimbo yang menceritakan hal ini: “Bermata Tapi Tak Melihat”.
Ayat tadi bukan tentang orang yang buta. Orang yang kedua mata, atau kedua bola matanya tidak berfungsi. Bukan itu.
Yang dibicarakan Allah di ayat tadi adalah orang yang “buta secara spiritual” (spiritually blind).
Jadi ada realitas yang terlihat, dan ada realitas yang tak terlihat. Ada realitas yang bersifat materi, dan ada realitas yang bersifat spiritual. Kedua realitas ini saling menguatkan (go hand in hand).
Menariknya, di Al-Qur’an, berkali-kali disebutkan, saat Allah bicara tentang realitas fisik, Allah tidak menyebutnya “ayat”.
Dengan kata lain, Allah tidak menyebutkan bahwa langit dan burung-burung itu adalah “ayat”. Presisi Al-Qur’an menyatakan, “ada ‘ayat’ di dalamnya”.
Bukan “langit yang biru adalah ayat”. Tapi “ada ‘ayat’ di langit yang biru itu”.
Bukan “burung-burung yang beterbangan adalah ayat”. Tapi “ada ‘ayat’ di burung-burung yang beterbangan itu”.[ind]