Chanelmuslim.com– Mizan di hari kiamat akan ditegakkan untuk menimbang amal perbuatan manusia. Al-Qurthubi mengatakan, “Setelah hisab (penghitungan) selesai, berikutnya adalah penimbangan amal perbuatan.
Karena penimbanganuntuk menentukan balasan, maka harus dilakukan setelah penghitungan. Hisab untuk menilai amal perbuatan dan mizan untuk mengetahui kadar amal agar balasannya setimpal.
Baca Juga: Mizan (Timbangan) di Hari Kiamat (2)
Mizan (Timbangan) di Hari Kiamat
Banyak nash menunjukkan bahwa mizan di sini dalam pengertian hakiki, yang ukurnnya hanya Allah swt yang tahu. Al-Hakim meriwayatkan dari Salman dari Nabi saw. yang bersabda,
“Pada hari kiamat akan dipasang mizan, yang langit dan bumi pun dapat ditimbang dengan mizan itu. Malaikat berkata, ‘Ya Tuhan, untuk siapakah mizan ini?’ Allah menjawab, ‘Untuk makhluk-makhlukKu yang Kukehendaki.’
“Malaikat berkata, ‘Mahasuci Engkau, kami dahulu menyembahMu belum secara sebenar-benarnya.”
Mizan itu sangat akurat, tidak lebih dan tidak kurag sedikit pun. “Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari kiamat sehingga tidak seorang pun dizhalimi walaupun sedikit. Jika amal itu hanya seberat biji sawi pun, Kami pun akan menghitungnya. Cukuplah Kami sebagai penghisab.” (QS. Al-Anbiya: 47)
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah mizan, apakah satu atau banyak. Sebagian ulama berpendapat bahwa setiap orang mendapat satu mizan, atau satu mizan untuk setiap amal.
Allah swt. berfirman, “Kami akan tegakkan timbangan (mawazin dalam bentuk jamak) yang adil pada hari kiamat.” (QS. Al-Anbiya: 47)
Yang lain berpendapat, mizan hanya satu, sedangkan penggunaan bentuk jamak dalam ayat di atas karena banyaknya amal dan manusia yang ditimbang.
Ibnu Hajar mendukung pendapat bahwa mizan itu hanya satu. Ia mengatakan, “Tidak masalah dengan banyaknya orang yang ditimbang, karena keadaan hari kiamat tidak seperti keadaan dunia.”
Pendapat Ahlussunnah tentang Mizan
Menurut Ahlussunnah, mizan adalah timbangan yang hakiki, tempat amal perbuatan manusia ditimbang. Mu’tazilah dan sebagian kecil Ahlussunnah menolak pendapat ini.
Imam Ahmad membantah mereka yang mengingkari mizan, karena Allah telah menyebutkan mizan dalam firmanNya, “Dan Kami akan tegakkan mizan yang adil pada harii kiamat.” Nabi saw. pun telah menyebutkan adanya mizan di hari kiamat. Orang yang membantah Nabi berarti membantah Allah swt.
Ibnu Taimiyah menyimpulkan dari Alquran dan sunnah bahwa mizan yang dimaksud bukanlah keadilan, tetapi timbangan sebenarnya, untuk menimbang amal perbuatan.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh Ar-Rahman (Allah swt), yaitu subhanallah wabihamdihi dan subhanallah al-azhim.”
Beliau saw. juga bersabda tentang kedua betis Abdullah bin Mas’ud, “Kedua betisnya itu dalam timbangan lebih berat dari gunung Uhud.”
Ada pun bagaimana persisnya penimbangan itu, sama halnya dengan semua hal gaib yang telah beliau saw. ceritakan kepada kita, Allahlah yang paling tahu. (mh/foto: fimadani)