ASAH kreativitas dengan tantangan. Masih ingat pelatihan seri parenting dari NLP Great Parenting berjudul Parent as Coach? Ok, ada salah satu kisah yang saya ceritakan dari seorang anak remaja.
Oleh: Yant Subiyanto (Master Trainer NLP Great Parenting)
Saat kamu jalan-jalan, mungkin sering melihat berbagai gambar di tembok-tembok pagar, rolling door ruko-ruko, dll.
Kita akrab menyebut dengan mural. Dan ternyata bukan hanya remaja di perkotaan, di daerah pun sama. Apalagi saat sekarang, kemudahan membeli material berupa cat semprot yang dibutuhkan, secara online.
Sebut saja si AA, dia juga senang berkreasi mural, walau dihitung secara biaya lumayan juga. Lebih memilih tembok-tembok yang benar-benar tidak dipakai sisa rumah tua, atau bekas bangunan yang sudah sebagian bahkan jadi kebun.
Hal ini untuk belajar, asah skill, sehingga pada saat melakukan ekspresi seni mural sebenarnya sudah lebih bagus hasilnya.
Setelah mencoba beberapa kali, AA sudah berani menawarkan lukis mural di tembok langsung. Salah satunya melukis untuk dinding kamar temannya. Atas seizin orang tua temannya dan mendapatkan fee.
Dan di sinilah kepercayaan diri semakin tumbuh, semakin yakin kalau hasil lukisannya sudah layak dinilai.
Baca Juga: 2 Kegiatan untuk Meningkatkan Kreativitas Anak
Asah Kreativitas dengan Tantangan
Suatu hari AA, berfikir keras dan bertanya pada ayahnya (AY). Mereka sharing di mana tempat yang ada tembok usang yang sekiranya bisa dipakai untuk ekspresikan jiwa seninya.
AY : Kalau hasil bagus, mengapa harus di tembok usang? Rumah kita juga ada space.
AA : Di mana kira-kira? Agar tetap nyeni
AY : Menurut kamu di mana, space yang bagus?
AA : Kalau garasi bagaimana, Yah?
AY : Ok saja… janji hasil bagus dan rapi. Terus bagian mana saja, ukuran berapa?
AA : Ikuti salah satu bagian di atas list ya yah?
AY : Bagus.. setuju. Nah sekarang, ajukan konsep design-nya dulu. Bentuk seperti apa yang kamu rencanakan? Ukuran mana saja? warna apa saja yang dibutuhkan? Biaya perkiraan berapa?
AA : Mesti dihitung dulu yah
AY : Ok, sekarang, kapan rencana itu kamu susun matang dan ajukan ke Ayah…
AA : Dua hari yah…
Dan dilanjutkan adalah proses merancang. Membuat beberapa model dengan pensil di kertas lukis dan juga melihat beberapa inspirasi dari internet. Sampai menghitung berapa biaya yang harus keluar.
Baca Juga: Tantangan Media Sosial, Generation Restoration
Great Parents, di mana saja kamu berada. Bukan tentang hasil atau biaya. Yang dilakukan ayah tadi, suatu bentuk coaching kepada anak. Secara sederhana, itu proses memberikan tantangan kepada anak.
Sehingga anak sudah berani memiliki dan menyampaikan ide, bahkan sampai dengan melakukan eksekusi. Di sini, maka terjadi proses pembentukan mind map pada memori anak. Pikiran bekerja secara aktif membentuk jalur-jalur pemecahan masalah, ide, dan me-manage sebuah proses.
Pembelajaran model coaching ini sangat diperlukan oleh anak-anak milenial, yang cenderung ingin adanya kebebasan belajar dan berekspresi.
Yang kadang tidak sesuai dengan pola-pola orangtua karena perbedaan generasi. Masih banyak orangtua yang mempertahankan model pengasuhan sebagaimana orangtuanya dulu mengasuh.
Ini memang membutuhkan sebuah pemahaman dan kesadaran, pengasuhan perlu penyesuaian dengan kebutuhan dan budaya yang sudah banyak berubah.
Semoga memberikan inspirasi dan manfaat.[ind]