HUKUM anak angkat dalam Islam. Ustazah, izin bertanya. Saya akhwat usia 22 tahun, selama 21 tahun saya baru mengetahui hubungan di keluarga saya adalah anak angkat.
Selama 21 tahun itu juga saya tidak menutup aurat kepada keluarga angkat saya terlebih pada ayah dan kakak saya.
Pertanyaan saya, apakah saya berdosa selama ini, Ustazah? Lalu, apa yang harus saya lakukan selama di rumah ortu angkat saya, Ustazah?
Apalagi saya masih belum memungkinkan untuk menikah, terlebih ibu saya selalu meminta saya untuk melepas hijab kalau di rumah. Mohon pencerahannya, Ustazah.
Baca Juga: Status Anak Angkat dalam Hukum Waris
Hukum Anak Angkat dalam Islam
Oleh: Ustazah Herlini Amran, M.A.
Jawaban: Sahabat Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhuma meriwayatkan dari Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ
“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku karena aku (apa yang mereka lakukan) tanpa ada kesengajaan, lupa dan apa yang mereka dipaksa untuk melakukannya.” [Hadits Hasan riwayat Ibnu Majah dan Al Baihaqi]
Ketidaktahuan Anda sebagai anak angkat sehingga tidak menutupi aurat di hadapan yang bukan mahrom Anda, bukanlah suatu kesengajaan. Insya Allah tidaklah berdosa berdasarkan hadis di atas.
Mestinya setiap umat Islam memahami hukum adopsi di dalam Islam. Sebab Islam sangat menjaga hubungan nasab (asal usul keturunan).
Tentu saja hubungan nasab ini akan memiliki konsekuensi hukum lainnya seperti perwalian, mahrom, hukum waris dll.
Al Quran surat Al Ahzab ayat 4:
وَمَا جَعَلَ أَزْوَاجَكُمُ اللَّائِي تُظَاهِرُونَ مِنْهُنَّ أُمَّهَاتِكُمْ ۚ وَمَا جَعَلَ أَدْعِيَاءَكُمْ أَبْنَاءَكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ قَوْلُكُمْ بِأَفْوَاهِكُمْ ۖ وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ
…… dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).
Al Quran surat Al Ahzab ayat 5:
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَٰكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka,
maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Baca Juga: Ketentuan Aurat di Hadapan Anak Angkat
Mengaitkan Hubungan Kekerabatan kepada Ayah Kandungnya
Ayat di atas memberi petunjuk secara jelas pada seorang muslim yang mempunyai anak angkat agar tetap mengaitkan hubungan kekerabatan seorang anak angkat pada ayah kandungnya.
Bukan pada bapak angkatnya. Dan sejak baligh dia harus tahu siapa orang tuanya yang sebenarnya. Bila orangtuanya tidak diketahui keberadaannya, paling tidak orangtua angkat mesti menjelaskan kepada anak angkatnya bahwa mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Dengan mengetahui posisi orang tua angkat, maka tujuan memelihara nasab dapat dipenuhi yaitu untuk menjaga hak kekeluargaan dengan berbagai hukumnya seperti perwalian, waris, batasan aurat dan lain-lain.
Apabila anak yang diadopsi tidak diketahui bapaknya, maka menurut ayat di atas hendaknya memakai panggilan yang bernuansa persaudaraan. Bukan sebagai ayah-anak.
Adopsi atau mengangkat anak yang dibenarkan di dalam Islam adalah bertujuan untuk memelihara anak orang lain yang terlantar, miskin, tak mampu, dan membutuhkan pendidikan tanpa memutuskan hubungan anak tersebut kepada orang tuanya.
Pemeliharaan itu hanya berdasarkan atas penyantunan semata, sesuai dengan anjuran Allah Subhanahu wa taala.
Anak angkat tidak berhak menerima warisan dari orang tua angkatnya, namun boleh mendapatkan harta benda dari orang tua angkatnya berupa hibah, maksimal sepertiga dari kekayaan orang tua angkatnya. Wallahu a’lam.[ind]