PENGOLAHAN sampah di Jepang dikenal dengan 4 R, yaitu reduce, recycle, reuse dan refuse. Di negeri mana pun di dunia ini, sampah menjadi masalah yang cukup memusingkan.
Di negara-negara maju pun, seperti Jepang ini, perjuangan menghadapi sampah bahkan sudah dimulai sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Baca Juga: Tips Menata Rumah Minimalis ala Jepang
Pengolahan Sampah di Jepang
Oleh: Hifizah Nur, S.Psi., M.Ed. (Ketua Hikari Parenting School)
Baru-baru ini, saya mendapat pencerahan tentang bagaimana masyarakat Jepang berjuang melawan sampah.
Dan perjuangan ini kelihatannya cukup sukses, mengingat tingkat kebersihan dan keindahan kota-kota di Jepang ini yang patut diacungi jempol.
Saat ini, di Jepang, sampah memiliki banyak kategori. Misalnya sampah terbakar, sampah tidak terbakar, sampah dari bahan-bahan alami, sampah yang bisa di daur ulang, sampah kaleng dan beberapa jenis lagi yang harus dipisahkan di plastik sampah yang berbeda sejak dari rumah.
Awalnya mungkin, bagi orang Jepang repot juga memisah-misahkan sampah seperti itu, tetapi dengan penyadaran yang terus menerus akan pentingnya perlakuan tersebut, akhirnya mereka bisa merasakan kenyamanannya saat ini.
Beberapa puluh tahun lalu, masyarakat Jepang juga masih memakai cara tradisional dalam masalah penanganan sampah, yaitu dibakar atau dipendam.
Namun, sejalan dengan diketahuinya dampak-dampak negatif yang timbul, berupa pencemaran udara dan tanah, yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, maka mulailah dicari berbagai alternatif lain untuk mengatasi masalah sampah ini.
Ada 4 R yang dilakukan orang Jepang untuk mengatasi masalah sampah ini, yaitu reduce, recycle, reuse dan refuse.
Yang dimaksud dengan reduce adalah, masayarakat di ajak untuk sebisa mungkin mengurangi pengeluaran sampah dari rumah, baik yang terbakar ataupun yang tidak terbakar.
Caranya, yaitu dengan benar-benar membeli atau memakai barang-barang yang benar-benar penting saja.
Rumah-rumah di Jepang masa kini yang rata-rata mungil, tidak memungkinkan untuk memuat banyak barang, terutama bagi yang tinggal di apartemen dan mension.
Jadi, barang-barang di dalam rumah harus di set minimalis. Selain itu, ada peraturan yang mengharuskan seseorang membayar sejumlah uang ketika ia membuang barang-barang besar yang sudah tidak terpakai lagi.
Yang dimaksud dengan recycle (daur ulang) adalah membuat barang baru dari barang yang sudah tidak dipakai lagi.
Misalnya dari kertas koran atau majalah, didaur ulang menjadi tissue untuk toilet. Dari plastik-plastik bekas, bisa buat pot-pot tanaman atau barang plastik lainnya.
Yang dimaksud dengan reuse adalah mengusahakan agar barang-barang yang masih bisa dipakai, tetapi sudah tidak diinginkan lagi, dijual ke orang lain.
Baca Juga: Kisah Imron, Anak Penjual Kelontong yang Bisa Kuliah S2 dan Jalan-jalan Ke Jepang
Flea Market di Jepang
Di Jepang ini banyak dilakukan flea market. Menjual barang-barang bekas yang masih bagus kepada orang lain yang membutuhkan.
Hal ini menghasilkan kebiasaan unik pada orang Jepang, yaitu kebiasaan merawat barang, bahkan sampai kepada bungkus-bungkusnya, agar tetap bagus. Mungkin karena untuk mempertahankan nilai jualnya nanti bila sudah tidak diperlukan lagi.
Arti reuse selain itu adalah memakai barang yang sudah tidak diperlukan lagi dengan fungsi yang lain. Misalnya sikat gigi yang sudah tidak terpakai, digunakan untuk membersihkan wastafel atau sela-sela tempat yang sulit dijangkau oleh sikat biasa.
Terakhir adalah refuse, yaitu kebiasaan untuk menolak barang-barang yang tidak terlalu penting. Misalnya mengurangi pemakaian kantong plastik dari supermarket.
Akhir-akhir ini, para ibu Jepang biasa membawa keranjang belanjaan sendiri. Dengan cara ini, keluarga Jepang bisa mengurangi jumlah sampah plastik yang dikeluarkan dari rumah mereka.
Selain itu juga untuk produsen, disadarkan untuk tidak membuat barang-barang yang kurang penting, sedangkan untuk konsumen disadarkan untuk tidak membeli barang-barang-barang yang kurang penting.
Tetapi hal ini kabarnya sulit untuk dilaksanakan. Terutama mengategorikan mana barang yang penting dan mana barang yang tidak penting.
Baca Juga: Sulitnya Mengantungi SIM di Jepang
Peran Media dalam Mengampanyekan Kesadaran tentang Sampah
Tentu saja butuh perjuangan panjang untuk menanamkan kesadaran tentang sampah ini kepada masyarakat Jepang. Peran media dan juga sarana-sarana pendidikan di masyarakat dan sekolah juga sangat besar dalam kampanye penanganan sampah ini.
Terutama dalam mengkampanyekan bahaya sampah bagi kesehatan masyarakat dan dampak penyakit yang timbul akibat pencemaran tanah, udara dan air.
Yang memudahkan suksesnya pengelolaan sampah ini adalah, mungkin karena karakter masyarakat Jepang yang pemalu bila berbuat salah, terutama bila kesalahan itu merugikan orang lain.
Selain itu juga, media yang mencerdaskan pola pikir masyarakat Jepang, terutama di bidang keilmuan. Lalu sistem pendidikan yang menjelaskan aturan-aturan di masyarakat sejak dini, yang membangun kesadaran putra-putri Jepang termasuk dalam hal pengelolaan sampah ini.
Berikutnya adalah sistem pemerintahan yang sudah stabil dengan undang-undang kemasyarakatan yang sudah ajeg. Terakhir adalah penegakan hukum yang bersih dari korupsi.
Kapan ya, Indonesia bisa mengelola sampah dengan tertib seperti ini? Semoga suatu saat….[ind]
Sumber Utama: New Approach Japanese Pre-Advance Course