ChanelMuslim.com – Sejarah awal tahun Hijriyah dan hijrah pada bulan Rabi’ul Awwal. Hijrah ke Madinah adalah titik tolak awal penentuan tahun Hijriyah.
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Berikut ini sejarahnya:
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، قَالَ: قَامَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ: أَرِّخُوا، فَقَالَ عُمَرُ: مَا أَرِّخُوا؟ قَالَ: شَيْءٌ تَفْعَلُهُ الأَعَاجِمُ، يَكْتُبُونَ فِي شَهْرِ كَذَا مِنْ سَنَةِ كَذَا، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: حَسَنٌ، فَأَرِّخُوا فَقَالُوا: مِنْ أَيِّ السِّنِينَ نَبْدَأُ؟ قَالُوا: مِنْ مَبْعَثِهِ، وَقَالُوا: مِنْ وَفَاتِهِ، ثُمَّ أَجْمَعُوا عَلَى الْهِجْرَةِ، ثُمَّ قَالُوا: فَأَيَّ الشُّهُورِ نَبْدَأُ؟ فَقَالُوا: رَمَضَانَ، ثُمَّ قَالُوا: الْمُحَرَّمَ، فَهُوَ مُنْصَرَفُ النَّاسِ مِنْ حَجِّهِمْ، وَهُوَ شَهْرٌ حَرَامٌ، فَأَجْمَعُوا عَلَى الْمُحَرَّمِ.
Dari Muhammad bin Sirin, berkata: Seorang pria berdiri menghadap Umar bin Khathab lalu berkata: “Buatlah penanggalan.“
Umar berkata: “Maksudnya?”
Pria: “Suatu yang dibuat seperti orang ‘Ajam, mereka menulis bulan ini begini, tahun ini begitu.”
Umar berkata: “Bagus, mari kita buat”
Mereka bertanya: “Kita mulai di tahun yang mana?”
Yang lain menjawab: “Dari tahun diutusnya Rasul.” Ada yang jawab: “Dari tahun wafatnya.” Lalu mereka ijma’ (sepakat) dimulainya dari tahun peristiwa Hijrah.
Mereka bertanya: “Awal bulannya bulan apa?”
Yang lain menjawab: “Ramadhan.” Yang lain menjawab: “Muharram, itu waktu pulangnya jamaah haji, sekaligus bulan haram.” Maka, mereka pun sepakat di bulan Muharram. (Tarikh Ath Thabari, 2/386)
Baca Juga: Makna Tahun Baru Hijriyah
Sejarah Awal Tahun Hijriyah
Versi yang lebih pendek:
وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ: جَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ فَقَالَ: مِنْ أَيِّ يَوْمٍ نَكْتُبُ التَّارِيخَ؟ فَقَالَ عَلِيٌّ: مِنْ مُهَاجَرَةِ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَفِرَاقِهِ أَرْضَ الشِّرْكِ. فَفَعَلَهُ عُمَرُ.
Berkata Sa’id bin Al Musayyab: “Umar mengumpulkan manusia, dan berkata: “Di mulai hari apa kita menulis sejarah (penanggalan) ?”
Ali menjawab: “Dari hijrahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan perginya Beliau dari negeri kesyirikan.” Maka, Umar pun melakukannya. (Imam Ibnul Atsir, Al Kamil fi At Tarikh, 1/13)
Kisah di atas menunjukkan bahwa peristiwa hijrah sebagai titik tolak awal PENENTUAN TAHUN.
Sedangkan AWAL BULANnya dalam tahun Hijriyah (yaitu Muharram) tidak ada kaitannya dengan Hijrah itu sendiri, ditetapkannya Muharram karena itu bulan pulangnya jamaah haji dan termasuk syahrul haram.
Baca Juga: Krisis Keuangan, Saudi Ganti Kalender dari Hijriyah ke Masehi
Hijrah ke Madinah Itu di Rabi’ul Awwal
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:
وَقَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ ثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ قال: أن أول من ورخ الْكُتُبَ يَعْلَى بْنُ أُمَيَّةَ بِالْيَمَنِ، وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فِي رَبِيعٍ الْأَوَّلِ وَإِنَّ النَّاسَ أَرَّخُوا لِأَوَّلِ السَّنَةِ.
…. Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke Madinah di Rabi’ul Awwal, dan manusia menjadikannya sebagai awal penentuan tahun (hijriyah). (Al Bidayah wan Nihayah, 3/252)
Imam Ibnu Jarir Rahimahullah juga menyebutkan:
…. وَخَرَجَ مُهَاجِرًا إِلَى الْمَدِينَةِ فِي شَهْرِ رَبِيعٍ الأَوَّلِ، وَقَدِمَهَا يَوْمَ الاثْنَيْنِ لاثْنَتَيْ عَشْرَةَ ليله خلت منه
…. Keluar hijrah ke Madinah di bulan Rabi’ul Awwal, sampainya malam Senin, malam ke 12. (Tarikh Ath Thabari, 2/366)
Ini juga dikatakan oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Sa’ad sehingga Darul Ifta Al Mishriyyah mengatakan sepakat sejarawan bahwa Hijrah ke Madinah itu terjadi di bulan Rabi’ul Awwal.
Dari sinilah Imam Malik Rahimahullah berbeda dengan umumnya ulama, menurutnya awal bulan dalam tahun Hijriyah adalah bulan Rabi’ul Awal, bukan Muharram.
Dipilihnya Muharram sebagai awal bulan dalam tahun Hijriyah adalah kesepakatan para sahabat, karena itulah bulan usainya jamaah haji, bulan haram (syahrul haram),
Al Hafizh Ibnu Hajar menambahkan alasan kenapa bulan pertama adalah Muharram, bukan Rabi’ul Awwal:
لِأَنَّ ابْتِدَاءَ الْعَزْمِ عَلَى الْهِجْرَةِ كَانَ فِي الْمُحَرَّمِ إِذِ الْبَيْعَةُ وَقَعَتْ فِي أَثْنَاءِ ذِي الْحِجَّةِ وَهِيَ مُقَدِّمَةُ الْهِجْرَةِ فَكَانَ أَوَّلُ هِلَالٍ اسْتَهَلَّ بَعْدَ الْبَيْعَةِ وَالْعَزْمِ عَلَى الْهِجْرَةِ هِلَالُ الْمُحَرَّمِ فَنَاسَبَ أَنْ يُجْعَلَ مُبْتَدَأً وَهَذَا أَقْوَى مَا وَقَفْتُ عَلَيْهِ مِنْ مُنَاسَبَةِ الِابْتِدَاءِ بِالْمُحَرَّمِ
Karena tekad kuat (mereka) untuk hijrah terjadinya di bulan Muharram, sementara bai’at terjadi di Dzulhijjah dan itu merupakan mukadimah terjadinya hijrah, hilalnya bulan terjadi setelah bai’at,
dan keinginan kuat untuk hijrah terjadinya di bulan Muharram, maka tepatlah jika Muharam dijadikan awal tahun. Inilah pendapat yang lebih kuat yang saya temui terkait masalah permulaan tahun di bulan Muharram. (Fathul Bari, 7/268)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]