ChanelMuslim.com – Kemandirian ekonomi menjadi kebangkitan Islam di Turki. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya MÜSİAD sebagai wadah bagi pebisnis Islamis, sehingga memicu gelombang kebangkitan ekonomi masyarakat Turki, khususnya di pedesaan.
Baca Juga: Kayu untuk Kemandirian Ekonomi Dhuafa
Kemandirian Ekonomi adalah Rasa Percaya Diri Mengambil Keputusan
Dilansir channel telegram Hikmah Agung, Ustaz Agung Waspodo menuliskan mereka memanfaatkan jaringan Hemşerilik serta tarekat sufi sebagai basis perdagangan yang lebih dekat dengan praktik bisnis Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam.
Ketika Turgut Özal meluncurkan paket liberalisasi ekonomi pada tahun 1983 sepintas sepertinya merugikan Republik Turki. Namun, ternyata beliau sedang melepaskan perlindungan hukum atas sedikit perusahaan kroni pemerintah sekuler.
Beliau sedang memberikan kesempatan bersaing bagi pebisnis Turki yang mulai sadar akan identitas keislaman.
Kiprah MÜSİAD tentunya mendapatkan perlawanan dari asosiasi pebisnis kroni pemerintah sekuler seperti TÜSİAD. Salah satu karakteristik kemandirian ekonomi adalah rasa percaya diri untuk mengambil keputusan yang mulai berseberangan dengan pemerintah sekuler.
Kepercayaan diri ini mereka tuangkan dalam ruang politik yang makin kondusif di tengah ketergantungan ekonomi Turki kepada Eropa.
Salah satu tarekat besar yang muncul pada periode ini adalah İskenderpaşa Cemaati yang didirikan oleh Mehmed Zahid Kotku ketika menjadi imam untuk masjid İskender Paşa di Distrik Fatih, İstanbul.
Süleyman Demirel, Turgut, bahkan Necmettin Erbakan adalah anggota dari tarekat ini. Pertemuan mereka yang membahas aspek sosial, ekonomi, dan politik bahkan kerap diselenggarakan di Caprice Hotel, berbintang lima di kota Aydın.
Baca Juga: Wujudkan Kemandirian Ekonomi Kaum Disabilitas, YBM BRI Luncurkan PKUR
Peningkatan Ekonomi Mengubah Pola Konsumsi
Pergerakan dan kebangkitan Islam tidak lagi hanya berpusat di dergah atau rumah tarekat, tetapi sudah merambah ruang publik yang selama ini “dimiliki kaum sekuler” di Republik Turki.
Seiring dengan peningkatan ekonomi maka berubah pula pola konsumsi para Islamis. Fashion menjadi pembeda bukan hanya dari kaum sekuler yang menentang hijab, tetapi juga antar kelompok tarekat dalam barisan Kaum Islamis itu sendiri.
Aspek yang paling menonjol adalah perubahan busana para perempuan yang mulai secara sadar mengenakan hijab di ruang publik. Sebuah “tabrakan” tak terelakkan.
Sahabat Muslim, itulah perubahan yang terjadi di Turki ketika kemandirian ekonomi diterapkan. [Cms]