ChanelMuslim.com – Ada masanya peperangan yang dilakukan oleh Umat Islam mengalami kekalahan yang sangat besar. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Namun, yang bisa kita lihat adalah kekalahan sering terjadi akibat pasukan Muslim silau akan ghanimah dan telah merasa menang dalam perang.
Baca Juga: Kesabaran Para Sahabat Menghadapi Kekalahan dan Keteladan Kaum Wanita Ditinggal Kematian
Kekalahan Umat Islam di Poitiers
Allah memberikan kekalahan bukan tanpa hikmah. Dari kekalahan itu, kita bisa belajar bahwa terlalu mencintai dunia akan merugikan diri sendiri.
Dilansir channel telegram @edgarhamas, Ustaz Edgar Hamas menuliskan bahwa ada satu episode kejatuhan umat Islam dalam sejarah.
Episode ini menjadi titik buruk Umat Islam dan kegagalan pilu yang membuat Prancis tidak tertaklukkan hingga hari ini. Episode itu bernama ‘Bilath Syuhada’, atau ‘Medan para Syuhada’, tersebab begitu banyak syahid di dalamnya.
“Selalu, jika sejarah umat ini telah berlumur megah harta dan cinta rampasan perang (ghanimah), maka akan berakhirlah ia dengan kekalahan.
Kekalahan di Uhud karena ghanimah. Kekalahan di Hunain karena ghanimah. Kekalahan di Poitiers karena ghanimah!” Dr Abdul Halim Uwais.
Kisah itu dimulai pada 732 Masehi, 21 tahun setelah Andalusia dibebaskan oleh Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair.
Saat itu, Seorang Tabi’in bernama Abdurrahman Al Ghafiqi berhasil menyatukan kembali muslimin di Spanyol setelah mengalami perpecahan internal.
Tahun-tahun berlalu dengan kemenangan telak penuh pesona. Beliau dengan pasukannya selalu berhasil membebaskan kota-kota Spanyol dan sebagian Perancis yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh kekuasaan Muslimin.
Sebesar 50 ribu pasukan muslim akhirnya sampai di sebuah daerah bernama Poitiers, batas terdekat antara Umat Islam dan Perancis.
Jaraknya dari ibukota Paris hanya 100 km serta dari Cordoba sejauh 1000 km. Di sana, Charles Martel telah menunggu bersama 400 ribu pasukannya, gabungan dari pasukan Perancis, Italia, Swiss, Burgundi dan Jerman.
Baca Juga: Kekalahan Shalahuddin Al Ayyubi di Pertempuran Montgisard
Saat itu, pasukan Muslim merasa di atas angin. Mereka merasa dengan jumlah yang banyak (50 ribu adalah jumlah tentara muslim terbesar saat itu) akan bisa menumpas dengan mudah pasukan Charles Martel.
Perasaan angkuh ini ditambah dengan ghanimah (harta rampasan perang) yang mereka kumpulkan dari pembebasan kota-kota sebelumnya, menjadikan pasukan Muslim gelap mata dan berebut harta serta saling dengki antar sesama.
Ditambah lagi, karena kedengkian itu, berpecahlah pasukan Muslimin antara bangsa Arab dan Barbar. Setiap mereka saling mengklaim keagungan dan melempar caci.
“Tidak ada yang dapat menjelaskan secara rinci kondisi pertempuran tersebut, sebab satu-satunya saksi hidup adalah orang yang kabur di tengah peperangan.” tulis Dr Husein Mu’nis.
Kekalahan umat Islam di Pertempuran ini nyaris lebih buruk dari kekalahan Uhud, Hunain bahkan Granada. Kekalahan inilah penyebab “tawaqquf futuhat”, berhentinya pembebasan Islam atas Eropa.
Baca Juga: Warga Palestina Senang dengan Kekalahan Trump pada Pilpres AS
Penulisan Sejarah Didominasi Orang Eropa
Pasukan Muslimin pun lari ketakutan dan pemimpin tertingginya gugur di medan perang.
Akhirnya, disebabkan sedikitnya sumber sejarah dari umat Islam, maka orang Eropa dengan mudahnya yang mendominasi penulisan sejarah ini untuk menggambarkan keagungan Charles Martel.
Charles dianggap pahlawan penyelamat Eropa dari Islam, utusan Tuhan untuk menghancurkan Andalusia.
Catatan-catatan sejarah Eropa mengklaim telah membunuh 375 ribu pasukan Muslimin. Angka yang berlebihan karena jumlah Pasukan Muslim hanya 50 ribu.
Hingga kini, nama Charles Martel diabadikan dalam buku sejarah dan pertemuan-pertemuan kenegaraan. Bahkan ada minuman keras bermerk “732, Charles Martel” untuk mengenang kemenangan pasukan Kristen di Poitiers, lengkap dengan tahunnya.
Sahabat Muslim, semoga dari peristiwa ini kita mengambil hikmah agar tidak terlalu mencintai dunia. Jangan sampai hidup kita diperdaya oleh harta, sehingga membuat kita lalai dalam beribadah kepada Allah. [Cms]