ChanelMuslim.com – Diakui sebagai “Pahlawan Kampung Halaman” Birmingham bulan lalu, pelatih tinju berhijab Inggris pertama ini ingin membawa kesetaraan dan keragaman di seluruh industri olahraga di Inggris.
Baca juga: Legenda Tinju Dunia Muhammad Ali Wafat dalam Usia 74 Tahun
“Saya harap saya menjadi simbol perubahan dan kesetaraan di seluruh olahraga,” kata petinju keturunan Inggris-Pakistan Haseebah Abdullah kepada Arab News dalam sebuah wawancara pekan ini.
“Saya berharap bahwa saya adalah representasi yang baik untuk wanita muda Inggris-Pakistan dan untuk wanita pada umumnya.”
Berbasis di Smethwick, Birmingham, Haseebah Abdullah diakui sebagai ‘Pahlawan Kampung Halaman’ oleh Birmingham 2022 Commonwealth Games karena perannya yang besar dalam membuat olahraga tinju ini lebih inklusif.
Tujuannya sekarang adalah untuk membawa kesetaraan di seluruh industri olahraga.
Haseebah mulai berlatih tinju di Windmill Boxing Gym sebagai seorang gadis muda bersama empat kakak laki-lakinya. Dia telah menjadi salah satu pelatih gym yang paling dihormati.
“Bertumbuh sebagai pelatih adalah apa yang ingin saya lakukan, untuk memberikan bimbingan dan dukungan terbaik bagi para atlet yang bekerja dengan saya,” kata Abdullah.
“Saya harap saya bisa menjadi kekuatan pendorong dalam mengubah sikap dan kesan orang tentang (tinju).”
Haseebah Abdullah berharap bahwa dia akan dapat membantu wanita muda mempertimbangkan tinju sebagai pilihan profesional dan untuk memajukan karir kepelatihannya serta mendapatkan pengalaman internasional.
“Tidak ada yang harus dinilai atau dilihat dari penampilan luarnya, tetapi semata-mata pada kinerja atletik mereka,” katanya.
Dari lari hingga tinju dan sepak bola, kebangkitan wanita Muslim inspirasional dalam olahraga saat ini sedang berlangsung.
Para peneliti telah secara konsisten menemukan efek positif yang signifikan dari partisipasi olahraga, baik dalam komunitas Muslim maupun pada populasi umum.
Secara khusus, aktivitas fisik yang terorganisir meningkatkan kesejahteraan fisik, psikologis, dan sosial, keterampilan kepemimpinan, dan keterlibatan masyarakat.
Wanita Muslim telah menggunakan olahraga sebagai sarana untuk pemberdayaan, bekerja menuju kesehatan dan kesejahteraan, hak-hak perempuan, dan pendidikan.
Di seluruh dunia, wanita Muslim menentang hambatan budaya dan stereotip untuk bersaing dan unggul di tingkat olahraga tertinggi — dalam sepak bola, anggar, angkat besi, bola basket, hoki es, dan banyak lagi.
Pada 2016, 14 wanita Muslim meraih medali di Olimpiade Rio, termasuk pemain anggar Amerika Ibtihaj Muhammad, wanita Muslim pertama yang mewakili Amerika Serikat di podium.
Namun, olahraga lain terus mengalami diskriminasi serupa terhadap wanita Muslim berhijab, seperti judo yang melarang judoka Indonesia Miftahul Jannah Oktober lalu dari Asian Para Games ketika dia menolak untuk melepas jilbabnya.[ah/aboutislam]