ChanelMuslim.com- Keutamaan mengunjungi sesama muslim. Beberapa hadits telah menerangkan tentang keutamaan saling mengunjungi sesama muslim. Dalam hadits Abu Hurairah disebutkan,
“Sesungguhnya seseorang ada yang ingin mengunjungi saudaranya di kota lain. Allah lalu mengutus malaikat untuknya di jalan yang akan ia lalui. Malaikat itu pun berjumpa dengannya seraya bertanya, ‘Ke mana engkau akan pergi? Ia menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di kota ini.’ Malaikat itu bertanya kembali, ‘Apakah ada suatu nikmat yang terkumpul untukmu karena sebab dia?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku hanya mencintai dia karena Allah ‘Azza wa Jalla.’ Malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untukmu. Allah sungguh mencintaimu karena kecintaanmu padanya’.” (HR. Muslim, no. 2567).
Hadits ini disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Shahih Muslim dengan judul bab “Keutamaan saling cinta karena Allah”.
Dalil ini dijadikan oleh para ulama sebagai dalil keutamaan saling mengunjungi sesama muslim dan mengunjungi orang saleh yang dilandasi ikhlas dan saling mencintai karena Allah.
Jadi, dasarnya adalah karena Allah yaitu karena iman yang dimiliki saudaranya. Dalam hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit disebutkan mengenai hadits qudsi,
“Sungguh Aku mencintai orang yang saling mencintai karena-Ku. Sungguh Aku pun mencintai orang yang saling berkunjung karenaKu. Sunguh Aku mencintai orang yang saling berderma karena-Ku. Sungguh aku mencintai orang yang saling bersedekah karena-Ku. Begitu pula dengan orang yang saling menyambung (hubungan kekerabatan) karena-Ku.” (HR. Ahmad, 5:229. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Jika ada yang mengunjungi kalian, muliakanlah.” (Diriwayatkan dalam Musnad Asy-Syihab). Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 24:81-82.
Baca Juga : Bahaya Memutus Tali Silaturahmi
Keutamaan silaturahim dengan kerabat
Lebih utama lagi jika seorang muslim mengunjungi orang tua, saudara, dan kerabatnya. Ini akan membuahkan pahala yang lebih besar. Inilah yang dimaksudkan silaturahim.
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab.
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik kepada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari, no. 5983).
Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya (di dunia ini) berikut dosa yang disimpan untuknya (di akhirat) daripada perbuatan melampaui batas (kezaliman) dan memutus silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Abu Daud, no. 4902; Tirmidzi, no. 2511; dan Ibnu Majah, no. 4211. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Abdullah bin ’Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Baca Juga : Menyikapi Silaturahmi di Masa Pandemi
“Seorang yang menyambung silaturahim bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Namun, seorang yang menyambung silaturahim adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahim setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari, no. 5991).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya memiliki keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturahim dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik kepada mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati kepada mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (HR. Muslim, no. 2558).
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah ’Azza wa Jalla berfirman: Aku adalah Ar-Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad, 1:194.
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih dilihat dari jalur lainnya). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturahim, niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adab Al-Mufrad, no. 58, hadits ini hasan).
Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari menjelaskan, “Silaturahim dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang memiliki hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahram ataukah tidak.”
Demikian.[Ind/Wld].
Referensi : Buku Fikih Lebaran, Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, Penerbit Rumaysho.