ChanelMuslim.com- Selain orang pertama dan kedua, kemungkinan ada yang ketiga. Semoga hanya kemungkinan. Bukan kenyataan.
Sebuah obrolan “seram” di kalangan sopir pribadi di sebuah perkantoran. Salah satu kalimat horor yang sempat tertangkap adalah, “Yah, lelaki mana sih sekarang yang perempuannya cuma satu?”
Yang mereka maksud dengan perempuan itu tentu bukan istri sah yang kedua. Tapi, perempuan simpanan atau selingkuhan dan sejenisnya.
Jadi, terlihat secara status istrinya hanya satu. Tapi kenyataannya, yang tidak “resmi” bisa banyak. Bisa teman kantor. Bisa wanita simpanan lain. Dan seterusnya.
Itulah keumuman realita masyarakat perkotaan saat ini. Menyeramkan, memang. Semoga Allah melindungi kita dan keluarga dari virus berbahaya itu.
Pertanyaannya, kenapa ada kemungkinan orang ketiga? Apakah itu pria idaman lain, atau wanita idaman lain.
Beberapa keadaan berikut ini boleh jadi menyimpan potensi penyimpangan itu. Potensinya ada yang skala kecil, ada yang besar.
Lemahnya Keimanan
Keimanan bukan melulu tentang pengetahuan agama. Tapi, lebih pada konsistensi pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan merupakan kesadaran diri bahwa Allah selalu mengawasi. Orang lain boleh saja tidak tahu apa yang kita lakukan, tapi Allah selalu tahu.
Bukan itu saja, keimanan juga membangun kesadaran bahwa sekecil apa pun penyimpangan yang dilakukan, akan ada hukumannya. Terutama di akhirat nanti. Dan hukumannya sangat berat.
Keimanan ini tidak didapat dari sekadar pengetahuan. Tidak hanya secara teoritis. Melainkan interaksi rutin antara seseorang dengan Allah subhanahu wata’ala, melalui ibadahnya, juga melalui zikir-zikirnya.
Jika suami atau istri mengalami krisis di sisi ini, benteng pertahanannya menjadi lemah. Jika ada sebab internal atau eksternal sedikit saja, potensi penyimpangan ini mudah membesar.
Sebab internal antara lain renggangnya hubungan harmonis suami istri. Dan sebab eksternal antara lain lingkungan buruk dalam rutinitas sehari-hari.
Rutinitas Seksual Suami Istri
Bahasan tentang ini terkesan vulgar dan risih. Tapi jangan salah, kesenjangan di urusan ini, bisa berpotensi besar memunculkan imajinasi liar tentang pihak ketiga.
Itulah sebabnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menasihati para suami. Jika mereka ada ketertarikan dengan wanita lain, segeralah temui istri. Karena dengan cara itulah hasrat itu bisa diredam.
Hal yang sama juga berlaku untuk para istri. Cuma mungkin perlu pendekatan yang agak berbeda. Karena keterusterangan untuk mengungkapkan hasrat suami dan istri itu tak sama. Tapi jika masing-masing sudah biasa menangkap sinyal itu, kendala ini bisa diatasi.
Nasihat lain dari Nabi yang bernada sama dengan urusan ini juga menarik disimak. Seperti, jika suami menginginkan istrinya, maka istri haram menolak kecuali sebab syar’i atau yang dibenarkan agama. Seperti sedang haid, atau lainnya.
Walaupun kata Nabi, permintaan dari suami itu diungkapkan dalam situasi yang tidak biasa. Seperti disebut Nabi ketika berada di atas onta. Hal ini menunjukkan sisi darurat yang harus dipenuhi.
Nasihat Nabi yang lainnya tentang ini, bahwa Allah subhanahu wata’ala sangat murka pada istri yang menolak ajakan suami tanpa alasan syar’i. Begitu juga penolakan suami terhadap keinginan istri.
Menunda-nunda atau bahkan meremehkan urusan seksual suami istri bisa membuka pintu setan untuk berkreasi. Dan tentang orang ketiga hanya sekadar momentum saja.
Tidak heran jika orang ketiganya bisa datang dari orang-orang terdekat yang tidak level sebagai saingan istri atau suami. Seperti asisten rumah tangga, sopir, pegawai di rumah, dan lainnya. [Mh/bersambung]