Menangis Bukan Karena Kita Lemah, oleh: Ustadzah Rochma Yulika
Sahabat Surgaku…
Pernahkah kita menangis?
Sudahkah kita menangis hari ini?
Atau
Betapa sulitnya kita menangis?
Atau
Kita malu jika harus menangis?
Apakah hati kita mudah disentuh oleh keagungan Nya?
Apakah hati kita mudah terenyuh kala merasakan betapa besar kasih sayang Nya?
Menangislah karena mampu merasakan cinta kepada Nya.
Menangislah karena telah sering melalaikan Nya.
Dan menangislah karena kita mendurhaka pada Nya.
Menangis itu perlu, karena banyak hal yg harus kita tangisi.
Teringat kata yang terlontar hingga datang petaka.
Terlintas sikap tak layak ada hingga datangkan lara di jiwa.
Terbersit sesal kala berperilaku yang jauh dari norma.
Sentuh hatimu dengan mengingat khilafmu.
Sentuh hatimu dengan mengingat dosamu.
Dan sentuh hatimu dengan mengingat segala alpamu.
Menangislah…
Curahkanlah segala rasa bersalahmu hanya pada Rabbmu.
Kita perlu menangis bukan karena lemahnya diri kita, namun kita menangis karena kita punya hati.
Dalam Al Isra ayat 109 Allah menyampaikan pesan,”Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'”.
Dengan menangis akan menghadirkan kekhusyu’an.
Menangis Bukan Karena Kita Lemah
Rasulullah pun menganjur kan kita menangis di banyak tempat dan momen.
1. Pertama, pada saat membaca Al Quran.
Beliau bersabda,”Bacalah Al Quran dan menangislah. Jika engkau tidak menangis maka berpura-puralah menangis.” (HR. Tiemidzi)
2. Kedua, pada saat rasa takut kita kepada Allah itu hadir.
Karena tangis kita akan memberi keselamatan. Beliau bersabda,”Dua jenis mata yang tidak disentuh oleh api neraka, mereka yang menangis karen takut kepada Allah dan mata yang piket malam di sabilillah.”
3. Ketiga, pada saat menyebut nama Nya dan menyendiri bersama Nya.
Rasulullah menyebutkan, bahwa satu golongan yg akan mendapat naungan Allah kelak pada hari kiamat adalah orang yg menyebut Allah dalam kesendirian, lalu kedua matanya berlinang air mata. (Mutafaq alaih)
4. Keempat, saat kita mendapat nasihat-nasihat keimanan.
Seperti kata ‘irbadh bin Sariyah ra,”Rasulullah saw menasihati hati kami dengan sebuah nasihat yang membuat mata kami berderai air mata dan hati kami pun bergetar.”
5. Kelima, ketika berada di waktu sore, setelah melampaui perjalanan hari dengan segala aktivitas.
Seperti Adh Dhahhak bin Mazahim yang selalu menangis jika ia telah berada di sore hari. Saat ditanya,”Apa yang membuatmu menangis?”
Ia menjawab,”Aku tidak tahu, manakah diantara amalku yang terangkat ke langit hari ini.”
Dan kita wahai saudariku…
Pernahkah kita khawatir atas amal kita. Atau kita sudah merasa cukup dengan bekal yang akan kita bawa?
Merenungi sejenak sejarah perjalanan kita. Yakinkah kita dengan apa yang sudah kita lakukan? Sehingga kita bersantai dan berpangku tangan.
Bersegeralah kita mengevaluasi diri. Dan selalu memperbaharui niat karena Allah swt.
Keenam, saat kita tertinggal amalan utama. Sebagaimana Sa’ad bin Abdul Aziz rahimahumullah yang selalu menangis kala ketinggalan sholat berjamaah.
Kita menangis karena kita punya hati.
Kita menangis karena kita punya rasa empati.
Kita menangis karena ada duka dalam hati.
Kita menangis karena ada rasa takut pada Ilahi
Dan kita menangis lantaran beban berat yang tak mampu ditanggung sendiri.
Semoga kita menjadi hamba-hamba yang mampu mendekat pada Ilahi Rabi.
Dengan kerendahan hati kita mengabdi. Dan dengan air mata yang hadir karena cinta hakiki.
Begitulah Menanda cinta dengan Air mata lantaran besarnya cinta pada yang Maha Pecinta.