WANITA haid tidak boleh berpuasa adalah ijmak. Keyakinan bahwa wanita haid tidak boleh puasa, shalat, jimak, adalah hal yang aksiomatik dalam Islam.
Namun, belakangan ada orang-orang liberal yang ingin menabrak ijmak ini, dengan alasan ijtihad masih terbuka, padahal mereka bukan mujtahid.
Baca Juga: Amalan yang Boleh Dilakukan Wanita Haid
Wanita Haid Tidak Boleh Berpuasa
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Imam Ibnul Qayyim mengatakan:
فصل : في تحريم الإفتاء والحكم في دين الله بما يخالف النصوص، وسقوط الاجتهاد والتقليد عند ظهور النص وذكر إجماع العلماء على ذلك.
Pasal tentang haramnya berfatwa dan menentukan hukum dalam agama Allah dengan hal yang menyelisihi nash (dalil), dan gugurnya ijtihad
dan taklid pada saat jelasnya dalil dan adanya ijma’ ulama atas hal itu. (I’lamul Muwaqi’in, 2/199)
Entah, mungkin ingin viral atau apa. Mirip pepatah Arab:
بل زمزم فتعرف
Kencingilah zam zam niscaya Anda akan terkenal
Jilbab mereka katakan tidak wajib, tapi haid malah boleh puasa. Ini kegilaan maksimal yang mereka lakukan.
Baca Juga: Status Hukum Wanita Haid Memandikan Mayit
Alasan Suci Bukan Syarat Sahnya Puasa adalah Lagu Lama
Alasan mereka adalah SUCI bukan syarat sahnya puasa. Ini lagu lama, dan sudah dibantah hampir 10 abad lalu oleh Imam al Haramain.
Imam an Nawawi mengatakan:
قَالَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَكَوْنُ الصَّوْمِ لَا يَصِحُّ مِنْهَا لَا يُدْرَكُ مَعْنَاهُ فَإِنَّ الطَّهَارَةَ لَيْسَتْ مَشْرُوطَةً فِيهَا
Berkata Imam al Haramain, bahwa kenyataan adanya dalil tidak sahnya puasa wanita yang haid menunjukkan bahwa perkataan:
“SUCI bukanlah syarat puasa”, adalah alasan yang tidak ada artinya. (Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab, 2/354)
Imam Ibnu Hazm Rahimahullah berkata:
وأجمعوا أَن الْحَائِض تقضي مَا أفطرت فِي حَيْضهَا.
Mereka (para ulama) telah ijma’ bahwa orang haid wajib qadha sebanyak puasa yang ditinggalkan karena haid. (Maratibul Ijma’, hlm. 42)
Imam an Nawawi mengatakan:
أجمعت الأمة على تحريم الصوم على الحائض والنفساء، وعلى أنه لا يصح صومها، ويستدل من السنة على تحريم صومها
Umat telah ijma’ (konsensus) HARAMNYA PUASA bagi wanita haid dan nifas, dan tidak sah puasanya, dan dalil pengharamannya terdapat dalam sunnah.
(Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab, 2/354)
Baca Juga: Hukum Berwudhu sebelum Tidur untuk Wanita Haid
Dalil Wanita Haid Tidak Boleh Berpuasa
Adapun dalil As Sunnah, Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:
كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ
Kami haid pada zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kami diperintahkan QADHA PUASA, Tapi tidak diperintahkan qadha shalat. (HR. Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi, dll)
Dalam hadits Bukhari:
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ» قُلْنَ: بَلَى، قَالَ: «فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
“Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang haid dia tidak shalat dan puasa?” Kami jawab, “Benar.” Beliau berkata, “Itulah kekurangan agamanya.” (HR. Bukhari no. 304)
Kedudukan As Sunnah dan Ijma’ sebagai sumber hukum Islam telah disepakati semua mazhab fiqih.
Al Imam Al Hafizh Al Khathib Al Baghdadi berkata:
“Ijma’ ahli ijtihad dalam setiap masa adalah satu di antara hujjah-hujjah Syara’ dan satu di antara dalil-dalil hukum yang dipastikan benarnya”. (Al Faqih wal Mutafaqih, 1/154)
Allah Ta’ala memerintahkan agar kita mengikuti ijma’, dan bagi penentangnya disebut sebagai orang-orang yang mengikuti jalan selain jalan orang-orang beriman, yakni dalam firman-Nya:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa (4): 115)
Baca Juga: Sahabat Muslimah, Ini Ramuan Mengatasi Masalah Haid dan Kewanitaan
Pengingkar Ijmak adalah Penghancur Dasar Agama
Dalam hadits:
إن الله تعالى لا يجمع أمتي على ضلالة وَيَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَة
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah mengijmakkan umatku dalam kesesatan, dan tangan Allah bersama jamaah.” (HR. At Tirmidzi No. 2255, Shahih, Shahihul Jami’ No 1848)
Dan, orang-orang yang mengingkari ijmak adalah penghancur dasar-dasar agama, sebagaimana kata Imam As Sarkhasi dalam kitab Ushul-nya:
“Orang-orang yang mengingkari keberadaan ijmak sebagai hujjah, maka mereka telah membatalkan ushuluddin (dasar-dasar agama),
padahal lingkup dasar-dasar agama dan referensi umat Islam adalah ijmak-nya mereka, maka para munkirul ijma’ (pengingkar ijmak)
merupakan orang-orang yang merobohkan dasar-dasar agama.” (Ushul As Sarkhasi, 1/296. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]