ChanelMuslim.com – Pengalaman berpuasa di Finlandia selama 22 jam memiliki tantangan yang cukup berat. Mereka yang berada di sana memiliki waktu malam yang pendek dan waktu siang yang cukup panjang.
Baca Juga: Pengajar Turki Berbagi Pengalaman Berpuasa di Indonesia
Rasa Kantuk Menjadi Pengalaman Berpuasa di Finlandia yang Paling Berat
Namun, mereka yang tinggal di sana tetap bisa beraktivitas seperti biasanya.
Dilansir dari nu.or.id pada Selasa, (14/5/2019), dituliskan pengalaman berpuasa dari Arif Tirto Aji, seorang Nahdliyin yang tengah menempuh studi doktoral.
Ia bercerita bahwa yang paling berat ketika berpuasa di Finlandia itu adalah melawan rasa kantuk karena waktu malam yang sangat pendek.
Selain itu, pada waktu malam itu pun, Arif tidak bisa langsung tidur karena harus dimanfaatkan untuk buka puasa, shalat Maghrib, shalat Isya, shalat Tarawih, dan sahur.
Ia pun mengatasi kantuk dengan cara membagi dua waktu tidur, yaitu setelah Asar dan setelah Subuh.
Akan tetapi, walaupun hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat, Arif tetap bisa beraktivitas seperti biasanya.
Kegiatannya dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 dan harus menempuh jarak sekitar 10 km.
Ia harus mengayuh sepeda dari rumahnya di Kauniainen menuju Universitas Aalto, tempat studinya.
Baca Juga: Berpuasa 16 Jam di Jepang, Ini Pengalaman Yuki Kato
Alasan Perbedaan Waktu Berpuasa di Setiap Negara
Finlandia mencatat rekor puasa paling lama, yaitu selama 22 jam.
Alasan mengapa setiap negara berbeda-beda waktu berpuasanya adalah karena tergantung seberapa lama matahari terbit.
Seperti yang diketahui, waktu puasa itu ditandai sejak terbitnya matahari di ufuk timur hingga tenggelam di ufuk barat.
Dilansir dari Kompas.com pada Selasa, (30/5/2017) Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menjelaskan terkait perbedaan posisi bumi terhadap matahari.
Hal itu terjadi akibat kemiringan sumbu rotasi bumi.
Thomas menjelaskan bahwa posisi matahari akan berubah pada bulan berikutnya.
Misal, saat Desember 2017, matahari berada pada titik di paling selatan.
Akibatnya, daerah paling utara mengalami siang hari terpendek, bahkan matahari tidak terbit di daerah dekat kutub Utara.
Apabila bulan Ramadan terjadi pada bulan Desember dalam kalender Masehi, maka daerah yang mengalami waktu siang terpendek dan terpanjang akan berubah. [Ind/Camus]