ChanelMuslim.com- Diskusi atau musyawarah menjadi penting untuk mencari solusi. Termasuk dalam masalah keluarga. Seperti apa tips nyamannya.
Tak ada hidup tanpa masalah. Termasuk dalam urusan rumah tangga. Diskusi atau musyawarah menjadi cara ampuh untuk menemukan solusinya. Berikut ini tips nyamannya.
Cari Suasana Nyaman
Suasana sangat berpengaruh membangun gairah. Termasuk juga dalam diskusi suami istri. Baik yang mencakup tempat yang tidak ada gangguan, juga waktu yang tepat. Jangan pilih waktu saat keduanya atau salah satunya sedang sibuk dengan urusan rutin.
Suasana yang kurang mendukung akan membuyarkan fokus bahasan. Dari suasana yang kurang mendukung pula, bisa memunculkan salah persepsi.
Selain soal tidak sibuk, jangan pula pilih waktu saat keduanya atau salah satunya sedang lelah. Misalnya, saat suami pulang kerja, atau istri yang baru saja direpotkan dengan masak-memasak.
Seurgen apa pun diskusi atau musyawarah, tempat dan waktu harus diusahakan senyaman mungkin. Kalau perlu, utamakan suasana dari urgennya diskusi.
Fokus dengan Pokok Bahasan
Diskusi yang produktif adalah yang fokus dengan tema bahasan. Tidak mencla-mencle, alias lompat-lompat dari satu fokus ke fokus yang lain. Tuntaskan dulu bahasan yang paling urgen, baru kemudian membahas yang lebih tidak urgen.
Bangun kesepahaman bersama bahwa diskusi akan membahas apa. Jangan masing-masing ngotot mengajukan dan membahas temanya masing-masing.
Mulai diskusi dengan pokok masalah. Kemudian, masing-masing menyampaikan pendapat. Usahakan agar pendapat tidak didominasi satu pihak. Hal ini penting agar diskusi bisa lebih objektif dan menghasilkan solusi yang menyeluruh.
Hindari Kehadiran Pihak Lain
Diskusi suami istri harus dijaga privasinya. Alias, kerahasiaannya. Jangan sampai terlalu terbuka dan bisa didengar atau disimak pihak lain. Siapa pun, bisa anak, orang tua, mertua, ipar, dan asisten rumah tangga.
Kehadiran pihak lain, selain akan bocornya rahasia, juga bisa memunculkan kesalahpahaman. Contoh, ketika suami istri sedang diskusi tentang sahabat dekat keduanya yang akan cerai, seorang anak mendengar. Ia mendengarnya tidak utuh. Hanya kata cerai yang beberapa kali ia tangkap.
Anak ini pun akhirnya menyimpulkan bahwa ayah ibunya sedang diskusi tentang proses perceraian keduanya. Kesimpulan ini akan berakibat fatal jika tidak ada klarifikasi.
Pikiran Terbuka
Suami istri harus melatih diri untuk berpikir terbuka dalam diskusi. Artinya, ia siap mengemukakan pendapat dan siap pula untuk mendengar pendapat. Jangan ada prasangka yang ditutupi. Karena hal ini akan menjadikan diskusi menjadi pasif.
Contoh, suami mengajak istri untuk diskusi tentang poligami. Tema sensitif ini harus disikapi istri secara jernih. Jangan ada prasangka bahwa dirinya sedang digiring suami untuk setuju. Suami pun harus siap mendengar pendapat istri. Jangan meremehkan pendapat istri karena merasa ia sebagai kepala keluarga.
Akhiri dengan Kesimpulan yang Mengikat
Kesimpulan merupakan hasil diskusi. Tanpa kesimpulan, diskusi hanya buang-buang energi. Dan kedua pihak harus saling memahami bahwa itulah hasil diskusi. Lebih atau kurangnya.
Kesimpulan ini juga harus mengikat. Artinya, akan menjadi bahan dasar atau acuan tindakan selanjutnya. Contoh, ketika disepakati akan pindah rumah, suami istri harus seiring sejalan dalam keputusan ini. Ada yang mencari data calon rumah baru, tentang harga, soal lingkungannya, dan lain-lain.
Ketika mendapat semacam gugatan dari anak-anak pun, suami istri harus saling mendukung. Jangan sampai ada yang balik badan atau berubah pikiran. Hal ini akan menjadikan hasil diskusi menjadi mentah lagi.
Jadi, siapa bilang diskusi hanya milik organisasi atau akademisi. Rumah tangga pun harus terbiasa dengan diskusi. Khususnya diskusi suami istri. [Mh]