ChanelMuslim.com – Tradisi menyambut Ramadan, apakah termasuk bid’ah? Menyambut datangnya bulan Ramadan juga dilakukan para salaf.
Imam Ibnu Rajab menceritakan bahwa para sahabat sudah menyiapkan diri mereka sejak 6 bulan sebelum Ramadan.
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S.
Ada pun bagaimana cara penyambutannya adalah perkara yang lapang. Tapi, yang sering terjadi yaitu berkumpul diberikan pembekalan ilmu, persiapan ruhiyah.
Ini bagus. Sebab, itu bagian dari aktivitas yang memang dianjurkan.
Baca Juga: Hukum Pelegalan Miras dengan Alasan Menghormati Tradisi atau Kearifan Lokal
Tradisi Menyambut Ramadan Lebaran
Begitu pula menjelang lebaran, berkumpul dengan keluarga, dan tetangga, sambil ada taushiyah dan doa dari orang shalih, lalu buka puasa bersama. Ini bagus.
Tidak ada kemungkaran yang mesti diingkari. Jika ada yang menyebutnya bid’ah maka dia bersikap ghuluw (melampaui batas).
Bid’ah adalah hal baru dalam ibadah mahdhah, yang dulunya belum ada. Sedangkan Ibadah ghairu mahdhah, lebih lentur. Seperti infak, silaturrahim, semuanya ibadah, tapi tentang caranya bagaimana, berapa besarannya, itu tidaklah baku, alias bebas saja kecuali ZAKAT.
Jihad, juga ibadah, tapi tentang pengembangan senjata dan strategi, tentu tidak harus sama dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena beda zaman dan kondisi.
Pengembangan ini bukanlah bid’ah padahal jihad juga ibadah.
Baca Juga: Tradisi Idul Adha di Pulau Supudi Madura
Pertimbangkan Ridho Allah
Dalam melakukan sesuatu amal, baiknya kita juga memperhatikan ridho Allah. Niatkan semua perbuatan untuk mendapat ridho ALlah meskipun kita tidak ada tahu amal mana yang Ia ridhoi.
Adalah istri Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah umat Islam begitu gemar menyediakan air untuk seluruh jamaah haji. Selama bertahun-tahun, ia kumpulkan dananya untuk menyediakan air itu.
Dan itu ia lakukan setiap tahun haji.
Ketika meninggal dunia, anaknya bermimpi menanyakan apakah ia masuk surga atau neraka. Istri Umar bin Abdul Aziz menjelaskan kalau ia masuk surga.
“Apakah ibu masuk surga karena jerih payah ibu mengumpulkan air-air untuk jamaah haji?” ujar anaknya.
Ibunya menjawab, “Bukan. Tapi karena dua rakaat di setiap malam.”
Berhati-hatilah dengan amal mana yang Allah ridhai. Sesuatu yang kita anggap besar ternyata tidak masuk dalam ridhaNya. Dan, sesuatu yang kita anggap kecil, tapi di situlah ridha Allah menanti.
Wallahu a’lam.[ind]